Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Melacak Jejak Jagung Transgenik: Serupa Tapi Tak Sama Antara Jagung Hibrida dan Jagung Transgenik di Sekitar Kota Jember

KONPHALINDO (Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia) adalah lembaga non-profit yang bekerja di bidang lingkungan hidup.Pada tanggal 14-21 April KONPHALINDO bekerjasama dengan SD INPRES (lembaga swadaya masyarakat di Kota Jember, Jawa Timur) mengadakan kegiatan pelacakan benih jagung transgenik di tangan petani di daerah Kabupaten Jember. Sementara perbincangan jagung transgenik di balik tembok akademik dan para aktor berkepentingan hampir tidak terusik. Jagung transgenik dipandang sebagai produk kemajuan teknologi di bidang pertanian, sementara para petani jagung mengaku tidak mengerti yang dimaksud dengan jagung transgenik itu yang mana. Celakanya penguasaan terhadap pengetahuan dan teknologi untuk menguji sisipan gen pada jagung transgenik itu sendiri belum memadai di satu sisi tetapi di sisi lain produk jagung transgenik tertentu mungkin sudah sampai ke tangan mereka. Tulisan ini disusun ulang oleh Ruddy Gustave.

Isu jagung transgenik itu sempat mencuat dan ramai diperbincangkan di kalangan aktivis dan petani di Kota Jember sekitar tahun 2005, namun seiring dengan waktu itu tersebar kasus kegagalan kapas transgenik di Sulawesi Selatan dan sampai sekarang tidak terdengar lagi kasak-kusuk mengenai jagung transgenik di daerah ini, kata Giri Wahyu, staf pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Moechmad Sroedji Jember. Selanjutnya disarankan oleh Giri, coba dilacak bersama ke ladang dan bertanya kepada petani benih jagung apakah yang dipakai sekarang sebab saya sendiri belum pernah melihat langsung jagung transgenik itu.

Memang tidak gampang untuk membedakan jagung transgenik dan jagung hibrida umumnya yang ditanam oleh para petani. Jika dilihat dari kondisi fisik kedua jagung tersebut serupa, bedanya pada susunan gen jagung transgenik. Sebab, jagung transgenik itu diciptakan dengan cara disisipkan gen lain, atau kata lain bukan berasal dari hasil persilangan alami sesama tanaman jagung unggul tetapi melalui cara mengsisipkan gen bakteri ke gen jagung. Itulah yang dimaksud dengan jagung transgenik. Karena sulit dilihat secara kasat mata susunan gen jagung itu, sudah tentu hal itu sulit untuk dibuktikan oleh siapa saja kecuali ada penjelasan informasi dari sumbernya pada kemasan jagung, atau satu-satunya cara melalui uji laboratorium GMO (genetically modified organism).

Varietas jagung transgenik itu tidak mungkin diciptakan oleh petani tetapi sudah pasti milik perusahaan benih raksasa transnasional. Beberapa perusahaan benih raksasa transnasional yang menciptakan varietas jagung transgenik itu telah mendaftarkan varietas jagung transgenik/PRG (produk rekayasa genetik) tersebut di Indonesia untuk uji keamanan hayati antara lain, perusahaan benih Mosanto, Syagenta, dan DuPont. Selain perusahaan benih raksasa transnasional lainnya seperti PT. Bisi, Tanindo, PT. East West Seed, PT. Advanta, PT. JHS (jagung manis), PT. Clauss Internasional dan Bayer Crop Science (divisi tanaman kelompok Bayer) juga beroperasi di wilayah Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Saat ini, perusahaan tersebut menjual benih jagung hibrida.

Menurut salah seorang pejabat Dinas Pertanian Kabupaten Jember, jumlah keseluruhan perusahaan pembenihan varietas jagung hibrida di wilayahnya, tercatat sebanyak 55 perusahaan benih baik yang skala besar dan skala kecil. Jumlah itu terhitung banyak akan tetapi kenyataannya hanya setengah saja yang masih beroperasi sedangkan sisanya sudah menghentikan operasinya, termasuk dua perusahaan benih BUMN yaitu PT. Pertani dan PT. Jagung Pertiwi, demikian katanya. Berdasarkan informasinya, sampai saat ini belum ada perusahaan benih yang mendaftarkan penggunaan varietas jagung transgenik, umumnya perusahaan pembenihan yang beroperasi di daerah sini memproduksi varietas benih jagung hibrida saja. Hasil panen jagung hibrida itu selanjutnya akan diproses lagi untuk dijual kembali sebagai bibit jagung hibrida kepada petani di daerah lain.

Pembenihan varietas jagung hibrida lebih menguntungkan
Para petani yang ditemui, berpendapat varietas jagung hibrida dianggap lebih menjanjikan keuntungan lebih besar dari pada varietas jagung lokal. Sehingga varietas jagung hibrida lebih disukai dan dipilih petani, dan meninggalkan varietas jagung lokal. Karenanya petani lebih senang dan tertarik memilih kerjasama dengan pihak perusahaan untuk menanam varietas jagung hibrida.

Sebanyak sepuluh petani yang bekerja untuk perusahaan benih transnasional yang berbeda diwawancarai dan jawabannya dirangkum sebagai berikut, petani lebih senang memilih bekerjasama dengan perusahaan benih transnasional, alasannya pihak perusahaan menyediakan benih jagung hibrida secara gratis. Perusahaan juga yang menyiapkan pupuk dan bahan kimia pestisida kepada petani tetapi dalam bentuk pinjaman, dan setelah panen baru dibayar sesuai harga pasar. Dari sepuluh petani tersebut hanya 3 petani mengaku memilih untuk membeli pupuk dan obatan sendiri. Jadi dalam kerjasama kemitraan ini perusahaan tidak menyewa lahan petani tetapi hanya menyediakan benih gratis dan pinjaman pupuk dan bahan kimia pestisida. Jika sepakat dengan ketentuan kemitraan itu maka petani cukup menyiapkan lahan dan tenaga untuk tanam, pemupukan dan panen.

Rata-rata petani yang ditanya mengenai identitas jagung yang ditanam jawabannya sama, mereka kesulitan menjelaskan varietas jagung hibrida yang diberikan perusahaan. Secara umum, petani meyakini benih yang ditanam itu adalah jagung hibrida dan jagung manis, sesuai informasi pendamping atau koordinator desa (kordes) perusahaan.

Hasil panen jagung hibrida pun beragam hasil panennya, sebagai contoh, benih jagung merek Pioner itu satu Kilogram itu bisa tiga tongkol dalam kondisi kering. Menurut salah seorang Kordes menjelaskan, satu hektar itu bisa tumbuh sebanyak 80.000 pohon jagung jika satu lubang diisi satu benih. Selanjutnya dijelaskan, dari 80.000 pohon yang mati itu diperkirakan 5.000 pohon maka sisahnya 75.000 pohon, dan hasilnya bisa mencapai kurang lebih 7.5 ton. Pengalamannya pada tahun 2013 hasil panen satu hektar itu ada yang mencapai 9 ton, rata-ratanya adalah 7 ton. Jagung hibrida dipanen pada usia ke 110 hari.

Sementara pengetahuan mengenai benih jagung transgenik di antara responden masih minim, misalnya, ada petani yang menjelaskan bahwa jagung hibrida itu sama dengan jagung transgenik. Demikian juga Kordes perusahaan benih jagung manis PT. Avanta yang ditemui di rumahnya menjelaskan, bahwa jagung transgenik itu adalah jagung hibrida. Karena menurutnya dalam tahap pembenihan itu harus menanam benih jagung jantan dan betina secara pisah. Hingga saat ini pihak perusahaan juga tidak menjelaskan identitas atau varietas benih jagung secara lengkap tetapi lebih menitik berat pada teknik penanaman saja dan pengawasan selama masa pertumbuhan.

Harga jagung hibrida dibeli oleh perusahaan rata-rata Rp.2800 per Kilogram kering termasuk tongkol. Harga ini jelas lebih mahal dibandingkan dengan harga jagung lokal atau jagung konsumsi berkisar antara Rp.1.000 sampai Rp.1.500 per Kilogram. Setelah benih hibrida itu diproses, diberi bahan kimia supaya tahan lama dan dikemas siap dijual kembali kepada petani budidaya. Sebagai contoh, harga benih hibrida produksi DuPont dibeli dari petani seharga Rp.2.800 setelah diproses dan dikemas dijual kembali kios-kios pertanian seharga sekitar Rp.78.000 per Kilogram.

Ketersedian lahan dihitung tahunan untuk tanaman pangan jagung di Kabupaten Jember pada tahun 2013 adalah 48.194 hektare. Karena penanaman varietas jagung untuk kebutuhan benih hibrida itu menggunakan lahan milik petani maka pihak perusahaan menggunakan pendekatan per desa. Untuk bisa mendapat area lahan tanam maka pihak perusahaan melalui koordinator desa (Kordes) harus “membujuk” petani supaya terlibat program kemitraan jagung hibrida. Berdasarkan hasil perbincangan dengan beberapa Kordes perusahaan benih jagung yang berbeda, perusahaan benih yang paling luas lahan untuk tanaman benih jagung saat ini adalah Mosanto, diperkirakan luasannya lebih dari 1.000 hektare. Sementara perusahaan lain seperti Du Pont, Avanta, Sygentha luasnya masih berada dibawah luasan yang dipakai oleh Mosanto.

Cerita di balik tembok kampus: antara ketahanan pangan atau keberlanjutan ekosistem?
Paling tidak ada dua pandangan yang berkembang di balik tembok lembaga akademik sehubungan dengan kehadiran varietas jagung transgenik. Pandangan yang satu melihat bioteknologi pangan itu sudah waktunya dan jamannya dipakai untuk mengatasi krisis pangan nasional, atau program ketahanan pangan nasional. Sedang pandangan yang satunya mempertanyakan apakah produk pangan transgenik itu satu-satunya jawaban mengatasi krisis pangan nasional dan sudahkah aman produk pangan transgenik itu terhadap keberlanjutan ekosistem maupun kesehatan manusia jika dikonsumsi?

Kota Jember memiliki dua kampus yang telah mengembangkan di bidang bioteknologi pangan, yaitu Univesritas Jember dan Politeknik Negeri Jember. Tercatat Universitas Jember telah berhasil “mengkloning”atau mensisipkan varietas tebu dengan gen bakteri yang tahan kering. Itu artinya jagung transgenik sudah bukan sesuatu yang rahasia lagi dibicarakan di balik tembok kampus. Namun tidak semudah seperti yang diduga ternyata masih sangat terbatas dan kesulitan untuk mendapatkan informasi pasti mengenai identitas event jagung transgenik dan apakah sudah ditanam atau belum ditanam oleh petani?

Di balik tembok kampus pun berkembang perbincangan masalah benih-benih hibrida yang sudah mengalami modifikasi genetis sebagai bahan kajian akademis. Beberapa nara sumber yang tak ingin disebutkan namanya menjelaskan bahwa benih jagung hibrida yang beredar di kalangan petani itu kemungkinan ada yang sudah mengalami modofikasi susunan genetiknya atau jagung transgenik, hal itu dijelaskan berdasarkan pengalamannya dalam praktek lapangan. Tetapi secara fisik sulit dibedakan yang mana benih jagung hibrida yang sudah dimodifikasi genetiknya dengan jagung hibrida. Ya, satu-satunya cara untuk mengetahui itu jagung hibrida yang dimodifikasi genetiknya perlu melalui uji GMO di laboratorium bio-molekuler. Kabarnya teknologi laboratorium bio-molekuler di kampus sudah lengkap tetapi hanya sebatas membaca positif atau negatif disisipkan GMO saja. Sementara teknologi untuk menguji kembali event GMO secara kualitatif dan kuantitatif kandungan sisipan gen belum memadai, demikian penjelasan salah seorang staf pengajar Politek Negeri Jember.

Kemudian, seorang mahasiswa Jurusan Teknologi Benih, Politeknik Negeri Jember menceritakan pengalamannya masalah jagung transgenik, memang jagung transgenik pernah diungkit dalam sebuah seminar di kampus, topiknya Membangun Agrobisnis. Menurut salah satu perusahaan benih yang diundang yakni PT. East West Indonesia memaparkan bahwa benih jagung transgenik miliknya  masih dalam tahap benih dasar dan sebentar lagi akan dilepas ke pasar, demikian keterangannya.

Memang belum ditemukan benih jagung transgenik di tangan petani namun pengetahuan pengelolaan jagung transgenik cukup ramai dikaji dan dbicarakan di balik tembok kampus dan di tangan perusahaan penciptanya. Masalah peredaran dan pelepasan jagung transgenik itu hanya soal waktu,menunggu keputusan pemerintah. Namun di sisi lain masih ada anyak hal yang belum dipersiapkan dengan baik sebagai syarat penerapan prinsip kehati-hatian. Kesannya, ketika pemerintah nanti menyatakan bahwa jagung transgenik itu aman hayati maka semua orang akan menganggap bahwa jagung transgenik itu aman-aman saja. Padahal ada bahaya lain yang menyertainya yang secara kasat mata belum nampak dan misterius. Karena keterbatasan teknologi dan pengetahuan maka segala resiko dan bencana yang ditimbulkan dikemudian hari seakan itu adalah karena takdir tapi bukan kesalahan prosedur dan kelalaian, selanjutanya menjadi tanggungjawab dan urusan masing-masing pribadi. ***— Agustus 2014

3 Comments

  1. Hesty widayanti Reply

    Senang sekali kompak tetap exist. Thanks ayah rudy. Kalau ada kegiatan ajak_ajak aku ya.

  2. imam turmudi Reply

    benih jagung advanta ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan . Setelah ditanam jenis advanta 313 tumbuhnya tidak normal 1/3 nya tidak tumbuh saya dikomplin para petani dan diminta ganti. bagaimana solusinya?

    1. Beritabumi Reply

      Saran kami, coba dicek kepada pengedar benihnya biasanya mereka punya jawaban.

      Salam,
      admin

Leave a Reply to Hesty widayanti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *