Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Produk Transgenik Tidak Aman dan Tidak Dibutuhkan

Demikian salah satu kesimpulan dari laporan “GMO Myths and Truths atau Organisme Modikasi Genetik Mitos dan Fakta” yang disusun oleh para perakit rekayasa genetika.

Ini adalah laporan edisi kedua dari laporan pertama yang dirilis dua tahun lalu, yang ditulis oleh Dr John Fagan, Dr Michael Antoniou serta peneliti Claire Robinson. Laporan ini bisa diunduh secara bebas melalui situs Earth Open Source. Laporan edisi pertama telah diunduh sebanyak 120 ribu kali hanya beberapa minggu setelah publikasi.

GMO atau genetically modified organism atau organisme modifikasi genetik, seringkali juga disebut produk trasngenik, atau produk rekayasa genetik/PRG.

Penulis John Fagan mengatakan “debat mengenai GMO debat jauh dari kata selesai, seperti yang diklaim oleh para pendukungnya. Malah, bukti mengenai resiko dan kerusakan aktual dari tanaman dan produk rekayasa genetik pada kesehatan dan lingkungan telah meningkat dalam dua tahun, sejak publikasi yang petama.”

“Berita baiknya adalah bahwa GMOs tidak dibutuhkan untuk memberi makan dunia. Laporan menunjukkan bahwa ada banyak cara yang jauh lebih bagus untuk memastikan keamanan dan dan keberlanjutan suplai pangan.”

Buku ini menampilkan 34 mitos-mitos yang berkaitan dengan teknik trasngenik, ilmu dan regulasi, efek kesehatan, dampak lingkungan dan pertanian, secara sistematis dibantah.

Para pengarang juga menyebutkan bahwa sistem pemuliaan tanaman konsvensional memiliki kelebihan dari modifikasi genetik dengan menggunakan sifat yang diinginkan, dengan biaya yang jauh lebih sedikit daripada rekyasa genetik, dengan resiko yang  jauh lebih minimal.

Salah seorang penulis, Michael Antoniou mengatakan: “adanya kenaikan jumlah penelitian yang menunjukkan problem yang muncul antara GMO dan pestisida, seperti Roundup. Ada bukti bahwa Roundup, bahkan dalam jumlah yang rendah yang diperbolehkan berada dalam makanan dan minuman dapat menimbulkan masalah yang serius pada kesehatan dalam beberapa waktu, seperti hati, dan keracunan ginjal. Dari hasil penelitian ini, nampaknya bahwa tingkat paparan yang saat ini dianggap aman bagi regulator di seluruh dunia, dipertanyakan.”

Dalam kesimpulannya, para penulis mengatakan: “produk transgenik tidak dibutuhkan untuk memungkinkan kita memberi makan dunia dan bertahan dari tantangan di masa depan. Faktanya kualitas dan efikasi dari produksi pangan kita hanya tergantung dari sebagian dari genetik tanaman. Di bagian lain dari masalah adalah metode pertanian. kualitas dan efikasi dari sistem produksi pangan untuk memberi makan dunia tergantung dari hanya sebagian geneik tanaman. Apa yang diperlukan tidak hanya hasil yang banyak, tahan iklim dan tanaman tahan penyakit. Pemuliaan konvesional yang digabungkan dengan pertanian agroekologi dapat memenuhi semua kebutuhan kita saat ini dan pangan di masa datang.”

Salah seorang penulis, Claire Robinson mengatakan, “klaim mengenai keamanan dan efikasi dari tanaman trasngenik seringkali didasarkan atas bukti yang masih diragukan atau bahkan tanpa bukti sama sekali. Industri dalam PRG dibangun atas mitos. “misalnya salah satu mitor bahwa pangan trasngenik aman untuk dimakan, faktanya adalah pangan rekayasa genenika dapat beracun, menimbulkan alergi dan dan memiliki perubahan nutrisi yang tidak diinginkan”.

“Apa motivasi di balik penipuan? Uang. Tanaman dan pangan rekayasa genetika sangat mudah dipatenkan dan alat sangat penting dalam konsolidasi global dari industri benih dan pangan yang berada dalam sedikit perusahaan besar. Kita semua harus makan, jadi menjual benih GMOs yang dipatenkan dan bahan kimia uantuk menumbuhkanya adalah model bisnis yang menguntungkan.

Untuk mengunduhkan laporan “GMO Myths and Truths (edisi kedua)”, berikut adalah situsnya:http://earthopensource.us7.list-manage.com/track/click?u=50141f121d7b3fbaa04918d11&id=438faa34fa&e=7ffb083baf

Beberapa poin yang ditampilkan dalam buku ini adalah:

  • Penelitian laboratorium pada sel-sel manusia menunjukan bahwa tingkat glifosat yang sangat rendah (merupakan bahan utama dalam herbisida Roundup, dimana tanaman trasngenik dirakit agar tahan terhadapnya) meniru hormon estrogen dan menstimulasi tumbuhnya sel kanker payudara. Tingkat glifosat yang yang memiliki efek ini adalah lebih rendah dari tingkat yang diperbolehkan dalam air di Eropa, dan jauh lebh rendah dari tingkat di AS (amerika Serikat). Juga lebih rendah dari tingkat glifosat dari kedele GMO tahan glifosat yang diimpor ke Eropa untuk pakan dan pangan. Ini dikonfirmasi studi pada hewan, penemuan ini membalikkan asumsi regulator mengenai tingkat glifosat yang aman (hal. 221).
  • Klaim bahwa penelitian yang dibiayai uni Eropa yang menyebutkan GMO adalah aman tidak didasarkan atas bukti, karena proyek tersebut bahkan tidak melakukan tes keamanan apaun atas produk trasngenik yang dikomersialisasi. Beberapa data tes pada binatang yang diperoleh oleh proyek tersebut bahkan mengungkapkan resiko kesehatan dari produk trasngenik yang dites. (hal. 166).
  • Klaim bahwa Eropa menjadi “museum” pertanian karena penolakannya pada tanaman GMO, dengan dikatakan produktivitasnya kurang dari tanaman GMO di AS yang menggunakan sedikit pestisida. Justru, faktanya adalah AS yang menerapkan tanaman trasngenik jauh tertinggal  dari Eropa yang tidak (sangat sedikit) menerapkan trasngenik dalam produktivitas dan keberlanjutan. (hal. 232–233).
  • Resiko dalam tipe-tipe GMO yang didesain untuk untuk gen-gen tersembungi (silence genes) tidak dikaji secara cukup oleh regulator. (hal. 78).
  • Berlawanan dengan klaim pendukung GMO, bahwa alasan dibalik tidak tersedianya beras GMO (sering juga disebut sebagai golden rice) tidak berkaitan dengan aktivis anti-GMO, namun semua disebabkan karena masalah dalam pengembangan dan penelitian. (hal.197).
  • Pemuliaan konvensional mengungguli GMO dalam menghasilkan tanaman yang memiliki panen bagus, tahan penyakit dan bergizi, serta tahan kering serta jenis iklim yang kestrim lain (hal. 284, 318–321).
  • Genetika tanaman hanyalah sebagian dari solusi tantangan pangan dan pertanian. Bagian lainya adalah pertanian model agroekologi yang mengembangkan tanah dan fokus pada tumbuhnya keragaman tanaman yang tahan dan sehat secara alami. (hal.303).

Para penulis laporan: “GMO Myths and Truths” bukan yang pertama kali menampilkan sisi lain dari GMO, baru-baru ini hampir 300 ilmuwan menandatangani pernyataan yang menegaskan bahwa “tidak ada konsensus ilmiah tentang keamanan GMO. Pernyataan tersebut bisa dilihat dalam http://www.ensser.org/increasing-public-information/no-scientific-consensus-on-gmo-safety/.

(Ditulis oleh redaksi Berita Bumi, September 2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *