Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Para Pihak bertukar pandangan di sesi penutupan kesenjangan ambisi

Alejandro Rafa – 28 May 2013

Jenewa, 10 Mei (Alejandro Rafa) – Empat sesi meja bundar (roundtable) di bawah workstream 2 (WS2) dari Kelompok Kerja Ad-Hoc pada Platform Durban untuk Peningkatan Aksi (ADP) diadakan selama 30 April, 2 dan 3 Mei. Dengan judul “Mengkatalisasi Tindakan” dan “Membangun pendekatan praktis dan berorientasi pada hasil(Catalysing Action” and “Building a practical and results-oriented approach) untuk meningkatkan ambisi pra-2020″. Sebuah kesimpulanmeja bundar di bawah workstream ini diadakan pada tanggal 3 Mei. Sesi ini diketuai bersama oleh Jayant Mauskar (India) dan Harald Dovland (Norwegia).

Kerja WS2 adalah “memulai rencana kerja pada peningkatan ambisi mitigasi untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi pilihan atasberbagai tindakan yang dapat menutup kesenjangan ambisi dengan maksud menjamin upaya mitigasi tertinggi oleh semua pihak”.

Saat sesi meringkas dan memperkenalkan, Ketua menyoroti elementermasuk pentingnya dukungan, penghapusan hambatan dan koneksidari sarana pelaksanaan untuk tindakan searah. Mereka jugamenunjukan bahwa penyampaian telah menarik perhatian terhadap energi terbarukan, efisiensi energi, pengurangan HFC(hydroflurocarbon) dan strategi pembangunan rendah emisi (LED).

Negara berkembang mengarahkan banyak intervensi merekaterhadap pentingnya negara-negara maju meningkatkankomitmennya di bawah Protokol Kyoto, dan Pihak Annex 1 lainnyauntuk mengambil upaya yang sebanding. Mereka juga menyerukanpenyediaan lebih besar dari “sarana implementasi”, termasuk keuangan, teknologi dan peningkatan kapasitas, untuk memungkinkan negara berkembang  mencapai Aksi Mitigasi Nasionalyang tepat (Nationally Appropriate Mitigation Actions – NAMAs).

Negara maju memfokuskan intervensi mereka pada HFC yangdipertimbangkan oleh Protokol Montreal, untuk diskusi tentangsubsidi bahan bakar fosil dan untuk pertimbangan dari “lingkungan yang mendukung” berkaitan dengan investasi di bidang energi terbarukan dan efisiensi energi.

Aliansi Negara Pulau Kecil (Alliance of Small Island States – AOSIS)menyajikan non-paper untuk rencana kerja terfokus pada energi terbarukan dan efisiensi energi. Sebagian besar negara berkembangmenyerukan sebuah “contact group” yang akan dibentuk pada sesiJuni untuk lebih menangkap diskusi.

Nauru atas nama AOSIS menekankan bahwa dunia berada di jalur setidaknya 4C pemanasan dan bahwa 2014 adalah titik terbaru dimana ambisi yang lebih tinggi harus terkunci. Nauru menyerukanpara pihak untuk mengambil teknis, sasaran dan hasil orientasidiskusi dan menyerahkan non-paper (tersedia online) dengan usulanuntuk memajukan kerja WS2 tersebut. Nauru menunjukan tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memfokuskan pada sektor, mengeksplorasi dan mengkompilasi tindakan dan praktik terbaik sehubungan dengan energi terbarukan dan efisiensi energi, dengan mengidentifikasi hambatan baik di negara maju maupun negaraberkembang, selama menentukan alat dan mekanisme untuk mengatasi hambatan tersebut bersama dan dengan dukungan dari sarana implementasi. Nauru juga meminta dua “perwakilan” (satu dariAnnex 1 dan satu dari non-Annex 1) untuk memimpin proses dilengkapi dengan paper teknis. Nauru juga berfokus pada pentingnya membawa “ahli” dalam proses dan menyerukan pertemuan tingkat menteri pada isu-isu di WS2 di COP 19. Dikatakannya bahwa pertemuan ini harus melibatkan menteri keuangan untuk menangani peran subsidi bahan bakar fosil dan biaya modal untuk energi terbarukan dan proyek efisiensi energi.

Malaysia atas nama Like Minded Group of Developing Countries on Climate Change – LMDC mengatakan bahwa kita harus memastikan komitmen yang dibuat di bawah Konvensi menjadi “komitmendisimpan di bawah Konvensi.” Dikatakannya bahwa pelaksanaan Konvensi harus ditingkatkan melalui operasionalisasi cepat paketDoha untuk menunjukan bahwa negara-negara maju “benar-benarmemimpin dalam ambisi mitigasi dan memberikan dukungan adaptasi,pendanaan iklim, teknologi, dan peningkatan kapasitas negara berkembang agar bisa meningkatkan tindakan juga.” Malaysia meminta contact group untuk menangkap kemajuan yang dibuat oleh para pihak.

Dikatakannya bahwa WS2 harus melihat amandemen periode komitmen Kyoto kedua segera diratifikasi oleh Pihak Annex 1 Kyotodan kemudian mereka harus meningkatkan target dan menghapuspersyaratan untuk melakukannya selambat-lambatnya April 2014,dan bahwa pihak Annex 1 KP harus juga membuat peningkatantanpa syarat sebanding dalam janji Cancun mereka selambat-lambatnya April 2014. Dikatakannya bahwa peningkatan ambisi pra-2020 juga termasuk memberikan kepastian yang lebih besar danpeningkatan tingkat pendanaan iklim melalui mekanisme keuanganKonvensi serta membuat akses dan transfer teknologi ke negara berkembang iklim secara mudah dan tanpa kesulitan.

Malaysia mencatat bahwa keberhasilan dalam WS2 sehubungan dengan meningkatnya ambisi pra-2020 dan penutupan kesenjanganmitigasi pra-2020 akan meletakkan dasar untuk mencapai kesuksesan WS1 di masa depan. Malaysia juga menyerukanpeningkatan tindakan di bawah Konvensi tentang adaptasi sesuaitujuan meningkatkan pendanaan dalam mendukung adaptasi bagi negara berkembang. Malaysia meminta mekanisme kehilangan dan kerusakan akan dibentuk dan membuat operasional cepat. Dikatakannya dampak dari tindakan responsif dan pencapaianpembangunan berkelanjutan melalui diversifikasi ekonomi dalam konteks perubahan iklim harus ditangani secara efektif. Malaysiamenyimpulkan bahwa proses workstream untuk pra-2020 dan pasca-2020 harus terbuka, transparan, inklusif, dan partisipatif.” Malaysiamenyerukan dukungan keuangan yang akan disediakan untuk mendukung partisipasi perwakilan dari negara-negara berkembang, termasuk LDCs dan SIDS.

Brazil mencatat bahwa REDD + sedang dipertimbangkan dalamdiskusi metodologi dalam SBSTA dan ada program kerja bersamapada masalah SBSTA dan Badan Pendukung untuk Pelaksanaan (SBI)dan  menyarankan bahwa fokus ADP tentang “ide baru” dan tidakmembahas ide-ide yang sedang dibahas di tempat lain. Dikatakannyabahwa pesan utama adalah bahwa kerja di WS2 akan berdampakdan mempengaruhi WS1, tapi WS2  itu “bukan negosiasi” sebagaiWS1. Brazil menyerukan COP Warsawa untuk fokus padaimplementasi.

India menyerukan kerja pada ambisi pra-2020 untuk menindaklanjutihasil-hasil Konferensi Doha termasuk yang sesuai dengan ProtokolKyoto. India meminta untuk meninjau kecukupan komitmen sebagaibagian dari review 2013/2015 dan kesenjangan harus menjadi dasaruntuk inisiatif. Dikatakannya bahwa inisiatif yang diterima akan memiliki tiga kriteria: mereka akan konsisten dengan UNFCCC, tidak mengurangi upaya dalam Konvensi, dan mengikuti prinsip-prinsip Konvensi. India mencatat bahwa contoh dari biaya penerbanganyang dipertimbangkan oleh Organisasi Penerbangan SipilInternasional adalah negatif yang berdampak buruk pada pihak lain.Dikatakan bahwa subsidi bahan bakar fosil yang sering diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan di negara-negara miskin dansangat perlu kebebasan dan fleksibilitas dalam mempertimbangkankebijakan yang tepat.

Indonesia mengatakan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfermemerlukan lebih banyak pemain di board dengan kombinasi faktor.Indonesia mengatakan bahwa setiap negara harus melakukan lebih banyak dan mencari bantuan sesuai kebutuhan, dengan  mekanismelebih untuk mendukung inisiatif tersebut. Dikatakannya sebuah forum internasional diperlukan untuk sistem pengetahuan dan praktik terbaik dan untuk meningkatkan tindakan. Indonesia mencatat bahwa kehutanan memberikan peluang mitigasi dan adaptasi tetapi juga tantangan. Indonesia meminta untuk ambisi pra-2020 yang akan dibingkai sehubungan dengan pembangunan berkelanjutanjangka panjang dan untuk sesi masa depan agar menyeimbangkanpembahasan mitigasi dan adaptasi.

Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa untuk memajukan kerja teknis dan politik, pertemuan perlu difokuskan dan kerja pada daerah dengan derajat terbesar perbedaan. AS menghargai usulan AOSISdan juga menyarankan akan lebih baik untuk tindakan sub-nasional.AS menunjukan dukungan untuk usulan HFC karena potensi mitigasimereka.

Swiss mencatat kesepakatan umum tentang kebutuhan untuk menutup kesenjangan dan bahwa “kita berada jauh” dari jalur untukmenstabilkan pemanasan pada 2derajat C di atas tingkat rata-ratapra-industri. Dikatakannya bahwa pada tingkat praktis WS2 harusmemfasilitasi pertukaran informasi dan pengalaman dengan mempertimbangkan tindakan dan praktik terbaik serta ruangdilembagakan dengan masukan ahli akan berguna. Swiss menunjukankesamaannya dengan usulan AOSIS, termasuk langkah-langkahmemiliki meja bundar ahli diikuti oleh diskusi politik. Swissmenyarankan daerah tematik yang mungkin: polutan iklim berumur pendek, subsidi bahan bakar fosil, energi terbarukan, REDD +, pertanian, dan eco-label.

 

Uni Eropa menyoroti kebutuhan untuk mengurangi biaya proyek yang mengurangi emisi. Uni Eropa juga meminta perhatian pada HFC, karena potensi mitigasi besar mereka, dan menyerukan COP 19 untuk memberikan “sinyal” pada Protokol Montreal untuk membahasnya. Uni Eropa juga meminta agar subsidi bahan bakar fosil dan proses untuk “meningkatkan ambisi” menjelang KTT pemimpin 2014. Dikatakannya ada banyak tindakan yang terjadi di luar UNFCCC dan ADP bisa memberikan ruang untuk merekam kemajuan inisiatif tersebut.

Ketua forum dalam sambutannya menyimpulkan bahwa keputusan politik harus diberitahukan oleh kerja teknis, yang memungkinkanlingkungan untuk mekanisme pasar dan non-pasar yang penting danbahwa kerjasama di tingkat masyarakat dan kota itu penting.Mereka juga mengidentifikasi registrsi NAMA sebagai fokus potensialuntuk kerja. Dalam sesi berikutnya mereka menambahkan ratifikasiamandemen Kyoto, meminta Pihak Annex 1 lainnya untuk mengambilupaya sebanding dan penghapusan persyaratan pada janji yang ada sebagai cara untuk meningkatkan ambisi. Mereka menunjukan bahwapolutan iklim, efisiensi energi dan energi terbarukan adalah area untuk inisiatif gratis atau untuk memperkuat kerjasama. Ketua melihat telah terjadi perbedaan pada kebutuhan untuk “menciptakan lingkungan yang memungkinkan”, pentingnya sarana pelaksanaan, dan kebutuhan untuk mengatasi hambatan seperti dukunganteknologi memadai, biaya modal yang tinggi dan kurangnya komitmen politik.

Ketua mengusulkan bahwa sesi Juni fokus di topik dengan perbedaanterbesar seperti energi terbarukan, efisiensi energi, peluangpenggunaan lahan, pendanaan iklim dan investasi ramah iklim, peran lembaga kerjasama, meningkatkan sarana pelaksanaan dan politik.Ketua mengatakan WS2 akan berlanjut di meja bundar dan lokakarya.

(Diterjemahkan secara bebasa dari sumber:http://twnside.org.sg/title2/climate/news/Bonn10/TWN_update7.pdf)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *