Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Witoelar: Audit dan Tetapkan Jumlah Maksimal Kendaraan Bermotor di Kota Besar

S.T. Jahrin – 02 Jun 2008

Sekitar lima tahun ke depan, Kementerian Lingkungan Hidup akan melakukan audit jumlah kendaraan di kota-kota besar seperti Jakarta. Hasil audit itu akan menentukan jumlah maksimal kendaraan yang diijinkan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Demikian ungkap Rachmat Witoelar sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup di sela kegiatan konferensi dan pameran “Inisiatif Jakarta Menghadapi Perubahan Iklim,” di Jakarta, pada 30 Mei – 1 Juni 2008.
Menurutnya kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Untuk mengurangi emisi tersebut, gaya hidup masyarakat harus berubah. Masyarakat harus mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
“Di Kota besar seperti Jakarta ini akan lebih baik memanfaatkan transportasi massal seperti kereta api, busway dan monorel yang masih dalam pembangunan dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi,” kata Witoelar.
Selain itu masyarakat diharapkan mampu berhemat dalam segala pemakaian energi dan air sebagai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Kerjasama Antisipasi Perubahan Iklim di Jakarta
Sekalipun Indonesia belum termasuk kotegori negara maju yang mempunyai kewajiban menurunkan emisi rumah kacanya, bukan berarti tidak melakukan upaya apapun dalam menghadapai dampak perubahan iklim. Apalagi Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia yang berperan besar dalam menyumbang emisi gas rumah kaca.
Sebagai upaya merintis berbagai bentuk mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim di kawasan perkotaan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta berkerja sama dengan Yayasan Swisscontact, dan Indonesia Lead Information Center menyelenggarakan konferensi dan pameran “Inisiatif |Jakarta Menghadapi Perubahan Iklim,” di Jakarta, pada 30 Mei – 1 Juni 2008.
Budirama Natakusuma, Kepala BPLHD Jakarta, pada acara pembukaan konferensi menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk merajut kerjasama dan menggalang sinergi antar para pihak dalam upaya merencanakan dan melaksanakan aksi nyata di perkotaan sehingga risiko dampak perubahan iklim dapat diturunkan dan diantisipasi.
Melalui konferensi diharapkan akan terjadi proses pembelajaran dalam pengelolaan kualitas lingkungan perkotaan, sehingga terwujud sistem pengelolaan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan, berbasisi komunitas dan terintegrasi dalam kerangka rencana aksi menghadapi perubahan iklim.
“Diharapkan juga akan terjadi perubahan paradigma dan komitmen dalam pengelolaan lingkungan perkotaan dan terbentuknya kemitraaan untuk mengawal komitmen itu. Sehingga di kemudian hari kita dapat secara konkrit melakukan upaya dalam kerangka menurunkan risiko dampak perubahan iklim,” kata Budirama.
Dalam konferensi dibahas berbagai tema, seperti pengelolaan sumber daya air perkotaan, manfaat ganda upaya mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan, perancangan kota, teknologi efisiensi energi dan pengurangan limbah padat yang disajikan oleh berbagai narasumber yang berasal dari unsur masyarakat, dunia usaha, pemerintah, dan akademisi.
Dalam diskusi-diskusi muncul isu-isu menarik yang dapat dijadikan pembelajaran bagi semua pihak, seperti kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan pasokan air perkotaan, mekanisme pembangunan bersih, upaya mitigasi dampak perubahan iklim di sektor industri, upaya industri otomotif untuk menurunkan emisi karbon dari kendaraan, dan menggerakkan masyarakat dalam penanganan sampah di lingkungan pemukiman kota.
Kegiatan selama tiga hari yang dihadiri sekitar 200 orang tersebut, selain konferensi diisi juga oleh berbagai kegiatan lain seperti site visit, pameran, dan uji kendaraan bermotor. Konferensi sendiri dilaksanakan mulai hari kedua yang diikuti oleh unsur legislatif dan eksekutif, unsur dunia usaha dan unsur masyarakat yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia.
Sebelumnya pada hari pertama, lebih dari 200 orang mengikuti site visit yang disebar ke enam lokasi, yaitu Pantai Indah Kapuk yang sudah mengembangkan pengedalian banjir melalui sistem polder dan kegiatan restorasi mangrove di hutan lindung Angke, Lippo Karawaci-Cikarang dan Mall Ciputra untuk melihat pengelolaan limbah, Bengkel Pelaksana Uji Emisi Auto 2000 Daan Mogot, Pembuatan Biopori di Cipinang Elok Kecamatan Petojo.
Ketua penyelenggara, Ahmad Safrudin, mengatakan banyak hal tentang bentuk-bentuk upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dapat dilihat secara langsung. Kegiatan ini dapat menjadi pembelajaran langsung bagi peserta konferensi untuk dijadikan contoh, sekaligus dapat dikembangkan di tempat masing-masing.
Sementara, pameran yang digelar merupakan media untuk dapat menunjukkan bentuk-bentuk upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh masing-masing peserta pameran, mulai dari bentuk produk daur ulang sampai dengan teknologi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan.
Sedangkan uji emisi gratis bermotor dilaksanakan untuk memberikan sosialisasi dan pelayanan uji emisi kepada pemilik kendaraan bermotor agar selalu memeriksa emisi dan merawat kendaraanya secara berkala agar emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan tidak lagi membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *