Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

SBI: Para pihak kecewa dan meminta kebuntuan diselesaikan

Redaksi – 01 Aug 2013

Jenewa, 17 Juni (Zhenyan Zhu dan Meena Raman) – Para pihak, pada pleno penutupan sesi ke-38 dari Badan Pendukung Pelaksanaan (Subsidiary Body on Implementation-SBI) UNFCCC, mengungkapkan kekecewaan dan kekhawatiran yang mendalam bahwa pekerjaannya tidak bisa dilakukan karena gagal mengadopsi agenda. Mereka ingin kebuntuan harus diselesaikan sebelum pertemuan berikutnya di Warsawa, Polandia pada bulan November tahun ini.

Pleno terakhir diadakan pada Jumat sore, 14 Juni. Baik negara maju maupun berkembang menunjukan isu-isu kunci dimana pekerjaan tidak ada kemajuan, yang meliputi kerugian dan kerusakan, adaptasi, mitigasi, keuangan, dan pengembangan kapasitas. Negara maju juga khawatir tidak ada keputusan diambil terkait usulan Sekretaris Eksekutif UNFCCC atas anggaran program untuk periode 2014-2015.

Jepang memperingatkan bahwa jika tidak ada solusi yang ditemukan untuk menyelesaikan kebuntuan sebelum Warsawa, kredibilitas UNFCCC akan dipertaruhkan.

SBI tidak bisa melakukan pekerjaan substantif selamadua minggupertemuan di Bonn,  karena Federasi Rusia, Belarus dan Ukraina (RBU)keberatan dengan penerapan agenda seperti yang diusulkan oleh Ketua SBI. Agenda tidak dapat diadopsi karena perdebatan usulanoleh RBU untuk memasukkan agenda baru.

Hilangnya dua minggu kerja, dengan ratusan delegasi dan pengamatberkumpul di Bonn yang frustrasi, ini adalah pukulan bagi perundinganiklim global. Hal ini telah melemparkan SBI dan UNFCCC pada krisisprosedur dan mungkin kredibilitas. SBI adalah komponen penting dari struktur UNFCCC, karena membuat keputusan tentang berbagai isu penting pada pelaksanaan ketentuan-ketentuan dan tujuan Konvensi,dan dipandang  sebagai tindakan kunci UNFCCC.

Pada awal sesi 14 Juni, Ketua SBI, Thomasz Chruszczow (Polandia), mengatakan sayang bahwa badan ini tidak mampu untuk memulai pekerjaan karena tidak ada kesepakatan di antara Para Pihak untuk mengadopsi agenda. Dia mengatakan bahwa agenda adalah dasar dari pekerjaan dan tujuan dari sesi ini adalah membuat kemajuan yang signifikan untuk pertemuan ke-19 dari Konferensi Para Pihak (COP 19) di Warsawa.

Dia mengatakan bahwa meskipun kecewa, ia meminta Para Pihak untuk bergerak maju menuju Warsawa, dan tidak melihat ke belakang. Dia mengatakan sejak proses oleh Para Pihak, hanya mereka yang bisa “membawa solusi”. Dia mencatat bahwa meskipun kesepakatan tidak dapat dicapai dalam agenda SBI, diharapkan Para Pihak “akan datang ke Warsawa dengan semangat baru kompromi, kepercayaan, keterbukaan dan pengertian.”

Para Pihak dan pengamat membuat pernyataan penutupan mereka dimana mereka menyatakan  keprihatinan dan kekecewaan ataskegagalan untuk memulai pekerjaan mereka dan berharap  adanya kemajuan ke depan sebelum sesi berikutnya di Warsawa.

Fiji atas nama Kelompok G77 dan China sangat prihatin dan kecewabahwa sidang SBI tidak  dapat memulai pekerjaannya karenaketidakmampuan Para Pihak menyepakati agenda. Fiji cemas  atas dampak pengembangan pada kerja SBI dan pihak terkait lainnya di bawah Konvensi, serta pada pekerjaan di Warsawa. Fiji mengatakanbahwa sekarang bukan  waktunya untuk penolakan dan Para Pihakharus menahan diri. Sebaliknya kita harus secara kolektif merefleksikanmetode kerja,  terutama proses pengambilan keputusan dan kebutuhan untuk konsistensi dan kejelasan pada  interpretasi Tata Tertib. G77 dan China bersedia untuk memainkan perannya dalam memberikan kontribusi terhadap keputusan yang lebih baik dalam proses UNFCCC dan meminta Ketua SBI  dan pihak terkait lainnya di bawah Konvensi untuk mengatasi kebuntuan ini, sebelum awal sesi ke-39 SBI.

Uni Eropa mengakui pentingnya pekerjaan SBI untuk pelaksanaanKonvensi dan Protokol Kyoto.  Pekerjaan SBI akan sangat penting untuk mendukung kemajuan dari Kelompok Kerja Ad Hoc pada  PlatformDurban(ADP). SBI terus memiliki peran penting untuk mendukung pelaksanaan rezim iklim saat ini dan mendasari kemajuan untuk masa depan. Uni Eropa datang ke Bonn berharap untuk  membuat kemajuan di seluruh agenda SBI terutama pendekatan untuk mengatasi kerugian dan kerusakan, meningkatkan pemahaman tentang tindakan mitigasimelalui program kerja pada  keragaman tindakan mitigasi nasional yang tepat negara-negara berkembang (NAMAs) dan review 2013-2015,dan lain-lain. Selain itu, fakta bahwa anggaran untuk periode 2014-2015 belum sepakat  untuk menghadirkan tantangan besar bagiSekretariat dan harus ditangani sebagai hal yang  mendesak pada COP19. Uni Eropa meminta untuk lingkungan kerja yang positif di Warsawa dan siap untuk membahas isu-isu penting hukum dan prosedur yang terkait dengan pengambilan  keputusan (yang diajukan oleh RBU). Uni Eropa menekankan pentingnya mencari cara ke depan  sehingga kita bisa langsung bekerja di COP19.

Nauru untuk Aliansi Negara Pulau Kecil (Alliance of Small Island States-AOSIS) mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk diskusi konstruktif pada prosedur tetapi isu-isu prosedural tidak harus menghambat pekerjaan substantif penting untuk mengatasi perubahan iklim yang dilakukan oleh SBI dan badan-badan lain Konvensi. Nauru meminta Para Pihak dan Ketua SBI untuk menyelesaikan kebuntuan prosedural sebelum sesi berikutnya dari SBI.

Kegagalan SBI untuk memulai pekerjaannya memiliki implikasi besar atas kerja pada ‘kerugian dan kerusakan’, yang merupakan masalah penting mendasar karena anggotanya ditempatkan dalam posisi harus berurusan dengan kerugian dan kerusakan dari dampak perubahan iklim yang tidak dapat disesuaikan. Nauru mengatakan bahwa kelangsungan hidup negara anggota kami ada di semua tangan kami dan ini adalah tanggung jawab berat dan kami harus bertindak dengan cepat untuk menuntut dan membangun mekanisme internasional atas ‘kerugian dan kerusakan’ di Warsawa.

Nauru juga meminta Ketua SBI untuk membantu dalam mengamankan kompilasi Komunikasi Nasional Non-Annex 1 dengan rekomendasi dan hasil. Pada peningkatan pengukuran, pelaporan dan verifikasi (measuring, reporting and verification-MRV) pengembangan tindakan mitigasi negara, Nauru mengatakan kelanjutan dari Consultative Group of Experts (CGE) dengan mandat yang diperluas untuk menutupi saran dan bantuan teknis laporan dua tahunan terbaru, pengembangan dan komunikasi NAMAs dengan sumber daya yang memadai masih akan menjadi penting untuk anggota AOSIS.

(Diterjemahkan secara bebas dari sumber:http://twnside.org.sg/title2/climate/news/Bonn11/TWN_update23.pdf)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *