Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Ribuan Petani Tuntut Keadilan dan Reforma Agraria

Ani Purwati – 16 Oct 2008

Datang dari Desa Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat, Karsilah bersama ribuan petani lainnya, mewakili petani di seluruh Indonesia menuntut keadilan dan reforma agraria untuk menuntut kedaulatan pangan yang selama ini belum juga terwujud. Menurutnya disela aksi memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober 2008, di depan Gedung BUMN, Jakarta, Kamis (16/10), para petani harus mendapat haknya atas lahan untuk bisa menghasilkan produk pertanian dengan optimal.

Ibu Petani yang bertanam jagung dan hasil kebun lainnya ini juga berharap adanya dukungan kemandirian dalam pengadaan benih dan pupuk yang harganya sering melonjak tinggi. Selama ini, dia telah membuktikan kemampuannya untuk menyemai benih sendiri dan membuat pupuk alami (kompos).

Bersama Komite Bersama Peringatan Hari Tani Nasional 2008, Karsilah juga menuntut penegakan hak asasi petani, penghentian kekerasan terhadap perjuangan kaum tani, menghentikan perampasan tanah, mendistribusikan tanah bagi petani penggarap, menjalankan UU PA No. 5 Tahun 1960 secara murni dan konsekuen serta membangun industrialisasi nasional.

Sementara itu Agustiana, sebagai Sekjen Serikat Petani Pasundan (SPP) menyampaikan hasil pertemuannya dengan perwakilan BUMN dari bidang kehutanan dan perkebunan bahwa para petani bersama semua elemen masyarakat (buruh, mahasiswa, masyarakat miskin lainnya) yang tergabung dalam aksi Hari Pangan Sedunia ini, mendukung BUMN dan Pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat dan negara tanpa mengabaikan hak-hak petani.

Dia juga menyampaikan bahwa petani yang selama ini tidak nyaman dan hidup dalam tekanan dengan tuduhan melakukan kejahatan karena menuntut hak-haknya juga menuntut nasionalisasi aset-aset negara. Lalu bersedia menyediakan waktu, dana, pikiran dan data untuk menyelesaikan berbagai permasalahan menyangkut pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainnya yang juga melibatkan BUMN.

”Penguasaan kembali atas aset-aset negara sangat penting seperti di tengah krisis keuangan dunia saat ini. Dimana beberapa petani seperti sawit, kakao turut merasakan anjloknya harga produknya,” kata Ibang sebagai Deputi Umum SPP disela aksi.

Menurut Agustiana, menanggapi pernyataan dari Komite Bersama Peringatan Hari Tani Nasional 2008 tersebut, perwakilan dari BUMN menyatakan akan menyampaikannya pada menteri BUMN.

Setelah melakukan aksi di depan Gedung BUMN, Komite Bersama Peringatan Hari Tani Nasional 2008 melanjutkan aksinya dengan melakukan longmarch ke Bundaran HI dan menuju Gedung DPR RI dengan menggunakan bus. Di gedung wakil rakyat itupun mereka menyampaikan aspirasinya dan mengirimkan perwakilan untuk bertemu wakil rakyat di dalam gedung hingga sore hari.

Menurut Ferdinand dari Walhi, wakil anggota DPR yang menerima perwakilan aksi, bersedia menerima aspirasi petani dan komite bersama untuk merevisi UU yang mengabaikan hak-hak petani dan lingkungan. Menanggapai hasil tersebut menurutnya, komite bersama akan menyiapkan draf revisi UU tersebut dan menyampaikannya pada DPR nantinya.

Komite Bersama Peringatan Hari Tani Nasional 2008 terdiri dari berbagai organisasi petani, buruh, lingkungan, masyarakat adat, dan mahasiswa seperti AGRA, API, Aman, Binadesa, Huma Kontras, KAU, PBHI, Solidaritas Perempuan, SPP, Walhi, FAM UI dan sebagainya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *