Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Perubahan Iklim: teks untuk perundingan lanjutan Platform Durban

Perundingan perubahan iklim yang diadakan di Bonn Jerman 1-11  Juni 2015 lalu, menyambut baik usulan Ketua Bersama untuk menghasilkan, teks pada 24 Juli 2015 yang lebih ramping, padat dan konsolidasi yang memungkinkan perundingan substantif yang akan dimulai akhir Agustus mendatang. Ini merupakan kemajuan kecil yang dibuat di Kelompok Kerja Ad Hoc Platform Durban untuk Peningkatan Aksi (ADP).

(ADP merupakan badan pembantu dari UNFCCC yang dibentuk di Durban Afrika Selatan Desember 2011. Mandatnya adalah menyusun protokol, intrumen legal  lainnya atau keputusan yang disepakati, untuk dilaksanakan oleh negara yang yang harus diselesaikan paling lambat 2015, supaya bisa diadopsi pada Pertemuan Para Pihak , dan dapat berlaku dan diimplementasi  pada 2020 (bagian  ini dikenal dengan workstream 1) . Dengan keputusan yang sama, Pertemuan para Pihak juga meluncurkan rancangan kerja untuk menguatkan mitigasi untuk mengidentifikasi  dan mengkesplorasi berbagai macam opsi aksi yang dapat menutup celah ambisi dengan tetap memastikan tingkatan upaya mitigasi tertinggi dari semua para pihak. Sementara Workstream 2, membicarakan sebelum 2020.)

ADP menyelenggarakan grup kontak pada 11 Juni sore yang diikuti oleh pleno penutupan singkat. Dalam catatan yang disiapkan untuk informasi para pihak (diposting di website UNFCCC dan disebut dalam sesi akhir dari ADP), Ketua Bersama, Ahmed Djoghlaf (Aljazair) dan Daniel Reifsnyder (USA) membuat saran yang dikenal dengan jalan maju untuk persiapan sesi ADP berikutnya yang akan diadakan pada akhir Agustus di Bonn.

Ketua Bersama memberitahu para pihak bahwa Teks Perundingan Jenewa (Geneva Negotiating Text -GNT) adalah satu-satunya dokumen resmi sebelum ADP sampai diambil alih oleh para pihak pada pertemuan ke-21 dari Konferensi Para Pihak di Paris pada bulan Desember (COP 21). “Semua dokumen yang diterbitkan selama ADP 2.9 (sesi Bonn baru-baru ini), serta selama sesi ADP ke depan, akan terus menjadi non-paper dan tidak akan ada status, karena mereka hanya alat untuk membantu para pihak memenuhi amanat ADP berhasil.”

Mereka menyatakan lebih lanjut bahwa hasil dari sesi Bonn adalah non-paper sebagai berikut:

(i) teks konsolidasi dan revisi (tanggal 11 Juni 2015), dan (ii) dokumen kerja (tanggal 11 Juni 2015).

(Teks konsolidasi revisi berisi 85 halaman, yang mengandung paragraf efisien dan non-efisien dari GNT. Dokumen kerja berisi paragraf singkat dari teks Jenewa yang dihasilkan dari pertemuan di Jenewa awal 2015).

Menanggapi permintaan para pihak agar Ketua Bersama menghasilkan teks konsolidasi dan ramping untuk mempercepat kecepatan kerja, Ketua Bersama ADP  menyatakan bahwa dengan dukungan dari Sekretariat dan Co-Fasilitator, mereka akan menyiapkan “satu dokumen berdasarkan struktur Annex II untuk catatan skenario 5 Mei 2015, dan dipandu oleh pandangan yang diungkapkan oleh para pihak selama pertemuan inventarisasi 8 Juni dengan sepenuhnya memperhatikan diskusi tentang masalah ini selama 75 pertemuan kelompok perundingan ADP serta pertemuan kelompok fasilitasi. Dokumen ini sepenuhnya akan efisien, konsolidasi, versi jelas dan ringkas dari GNT dalam pilihan yang jelas dan tidak akan menghilangkan atau menghapus opsi atau posisi para pihak.”

Ketua Bersama menyatakan lebih lanjut bahwa dokumen “akan memisahkan paragraf dari GNT, berdasarkan sifatnya, sesuai untuk dimasukkan dalam draft keputusan COP dari paragraf, berdasarkan sifatnya, sesuai untuk dimasukkan dalam Perjanjian Paris. Isu jelas memerlukan perundingan substantif lebih lanjut antara para pihak untuk menentukan penempatan mereka tetap ramping, konsolidasi, jelas dan ringkas dari GNT tanpa dimasukkan ke dalam kategori lain dan akan diidentifikasi secara jelas.”

Menanggapi saran Ketua Bersama,’ tentang isu yang penting dari GNT yang terkandung dalam Perjanjian Paris dan yang masuk keputusan, Afrika Selatan, atas nama Kelompok G77 dan China, menekankan “pentingnya menangani semua elemen di Platform Durban di kedua hal secara komprehensif dan seimbang, menjaga struktur teks Jenewa dan mempertimbangkan bahwa ada banyak masalah yang Para Pihak percaya harus ditangani dalam perjanjian.

Kelompok G77 dan China juga menekankan pentingnya proses yang terbuka dan transparan oleh Para Pihak dan membangun kesepakatan untuk semua pihak dengan jaminan yang diperlukan untuk mengamankan kesepakatan yang adil dan ambisius di Paris. Untuk menekankan atas peningkatan kecepatan kerja dalam sesi berikutnya, Afrika Selatan menyerukan kejelasan tentang jalan ke depan, termasuk pekerjaan Ketua Bersama untuk melakukan periode intersessional. “Kelompok G77 dan China merasa penting untuk masuk ke dalam perundingan substantif tanpa penundaan lebih lanjut,” tambahnya.

Tentang workstream 2, Afrika Selatan mengatakan bahwa Kelompok G77 dan China menganggapnya sebagai bagian integral dari ADP yang memiliki pengaruh langsung pada hasil yang sukses dari COP Paris. “Kami tegaskan bahwa workstream 2 harus dilakukan secara seimbang dengan workstream 1. Kelompok G77 dan China memiliki kepedulian atas kemajuan seimbang antara workstream 1 dan 2 di sesi ini,” kata delagasi dari Afrika Selatan.

Afrika Selatan meminta Ketua Bersama, dengan co-fasilitator dan Sekretariat untuk menyusun sebuah makalah yang inklusif berdasarkan masukan para pihak, intervensi dan presentasi usulan yang dibuat di Bonn, hasil fasilitator dan pengiriman lebih lanjut oleh pihak antar-sessi.

Berbicara atas nama Like Minded Developing Countries (LMDC), Malaysia mengatakan mandate workstream 2 ADP merupakan pilar yang tidak terpisahkan dari kerja di ADP. “Peningkatan ambisi pra-2020 melalui workstream 2 adalah dasar dan lompatan untuk meningkatkan aksi setelah 2020. LMDC berdiri kokoh dengan Kelomok G77 dan China dalam menekankan perlunya kerja kita di sesi ini, dengan semua berbagai perspektif dan pandangan yang disampaikan, untuk keadilan dan sepenuhnya tercermin melalui dokumen sehingga kita tidak mulai dari awal lagi ketika kita bertemu lagi tahun ini. LMDC  telah terus-menerus menekankan perlunya keseimbangan dalam kemajuan antara workstreams 1 dan 2. Keseimbangan ini hanya dapat dicapai jika pekerjaan dilakukan di bawah workstream 2 yang terus maju,” kata Malaysia.

Tentang usulan Ketua Bersama atas dokumen tunggal yang akan diproduksi, LMDC menyebutkan untuk kejelasan yang lebih besar, termasuk bagaimana akan terstruktur, berapa banyak bagian akan dimiliki, dan apa isi dari bagian-bagian itu. “Apa yang akan menjadi kriteria untuk menentukan atau membedakan paragraf tertentu yang diambil dari teks Jenewa akan menjadi teks yang berkaitan dengan perjanjian inti dan ke dalam teks yang berkaitan dengan keputusan COP yang menyertainya?” tanya Malaysia.

Malaysia menunjukkan bahwa dalam hal struktur, teks yang terkait dengan perjanjian inti harus datang lebih awal, diikuti oleh teks yang berkaitan dengan keputusan yang menyertainya. “Selain itu, untuk kedua teks pada perjanjian inti dan keputusan yang menyertainya, mereka harus mengikuti struktur teks Jenewa di mana enam elemen inti tercermin. Hal ini akan memungkinkan kita untuk fokus pada unsur-unsur inti ini sebagai bidang prioritas yang akan kita rundingkan secara substantif pada sesi berikutnya,” kata Malaysia. LMDC juga mengatakan bahwa perundingan substantif dalam sesi Agustus harus dimulai berdasarkan teks yang ramping dan terkonsolidasi.

Atas nama Environment Integrity Group (EIG), Republik Korea mengatakan dalam dokumen yang diajukan oleh Ketua Bersama, semua ide dari para pihak harus diambil ke depan. Republik Korea memberi mandat pada Ketua Bersama untuk memisahkan unsur-unsur apa yang mereka lihat sebagai bagian dari perjanjian tersebut dan apa yang masuk ke keputusan.

Berbicara untuk Umbrella Group, Australia menyerukan teks secara substansial lebih pendek dan lebih koheren. Tentang workstream 2, menurut Australia, mandat Durban tentang peningkatan ambisi mitigasi harus dihormati dan kerja tentang penguatan Convention bisa dilakukan melalui COP dan badan pendukung.

Diringkas dari tulisan TWN Bonn Climate News Update No.16: ADP Co-chairs to produce concise text 24 July for substantive negotiations oleh Indrajit Bose dan Meena Raman. Publikasi 15 Juni 2015, oleh Published by Third World Network. www.twn.my

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *