Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Konferensi Umat Muslim Dunia Tentukan Langkah Nyata Cegah Perubahan Iklim

Ani Purwati – 12 Apr 2010

Sekitar 250 ulama, ahli lingkungan, ilmuwan dan profesi lainnya yang mewakili 15 negara menghadiri Konferensi Umat Islam untuk Perubahan Iklim di Bogor, 9-10 April 2010. Sebagai bagian umat di tingkat global yang terbesar jumlahnya, Islam mempunyai peran besar dalam mencegah perubahan iklim yang menjadi masalah lingkungan hidup. Selain itu, Alquran dan hadis juga mengajarkan perlunya umat menjaga lingkungan.

“Perubahan iklim merupakan tantangan lingkungan hidup dan hak asasi manusia bagi umat Islam,” demikian kata Mahmoud Akef, Direktur Eksekutif East Mates Dialogue Center (EMDC), di Bogor, Jumat (9/4) .

Akef berharap, konferensi yang dihadiri negara perwakilan komunitas Muslim, yaitu dari Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Malaysia, India, Afrika, Arab Saudi, dan Iran ini mampu menghasilkan langkah nyata umat Islam dalam mengatasi perubahan iklim agar lebih peduli terhadap lingkungannya. “Diperlukan langkah nyata dari umat Islam,” katanya.

“Konferensi ini bertujuan untuk menekankan bagaimana seorang muslim dapat berperan aktif dalam kegiatan menghambat laju perubahan iklim,” ujar Ismid Hadad, Ketua Komite Pengarah Konferensi. “Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia dan sekaligus memiliki tutupan hutan yang besar memiliki potensi dalam kegiatan pengurangan emisi dunia,” lanjutnya.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) juga mendukung kegiatan yang sejalan dalam mengatasi perubahan iklim ini. Menurut Henry Bastaman, Deputi Menteri Lingkungan Hidup untuk Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, selama ini KLH telah mendukung berkembangnya Eco-Pesantren, sebuah upaya yang diprakarsai Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia sejak 2006. Yaitu suatu upaya bagaimana menjadikan pesantren sebagai simpul penyadaran hidup berwawasan lingkungan di tengah masyarakat.

Menurutnya, pesantren adalah gambaran riil simpul kekuatan umat Islam di Indonesia. Maka pendekatan pada mereka sangat penting agar mau menjadi salah satu pusat kegiatan ramah lingkungan,

Boen Purnama, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan mengatakan bahwa konferensi pertama dari umat Islam yang merupakan bagian 20 persen dari dunia berkontribusi penting dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Forum ini bisa memperkuat Kelompok G77 dalam menghasilkan langkah-langkah strategis mengatasi perubahan iklim di tingkat global. Selain itu juga mendorong dalam mengatasi masalah lingkungan hidup lainnya secara cepat.

Untuk melihat secara langsung kehidupan pendidikan dunia Islam dalam menghasilkan generasi yang peduli lingkungan hidup, para peserta konferensi juga melakukan kunjungan dan penanaman pohon sawo di Pondok Pesantren Darul Muttaqien di Parung Bogor pada hari pertama konferensi. Madrodja Sukarta, sebagai pimpinan pondok pesantren berharap kegiatan ini menjadi langkah awal upaya bersama dunia pendidikan muslim di dunia untuk berperan dalam mengatasi masalah lingkungan termasuk mencegah perubahan iklim. “Kita harus berkarya dan tidak melakukan perusakan pada alam,” kata Sukarta.

Pesantren yang berdiri pada 1988 ini telah menerapkan green living dan green schooling untuk mencapai individu yang mandiri. Di antaranya dengan melakukan penanaman pohon jati yang bernilai ekologis dan ekonomis. Selain bermanfaat menjaga kelestarian alam, kayu dari jati bisa bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan kayu bangunan, meja dan kursi pesantren. Pesantren juga telah mengelola sampah dengan memisahkan antara sampah plastik dengan organik dan mengolahnya menjadi kompos.

Konferensi ini membahas berbagai cara-cara praktis dan program inovatif hasil pemikiran umat Islam dalam penanggulangan dampak lingkungan dan perubahan iklim. Harapannya, cara-cara praktis akan memperoleh dukungan dan partisipasi dari semua pihak, sehingga menjadi efektif dan menghasilkan suatu aksi nyata bagi umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia, agar mampu berperan lebih aktif dan menjadi khalifah dalam memegang amanat menjaga bumi ini.

Konferensi ini merupakan agenda lanjutan dari deklarasi Muslim Seven Year Action Plan for Climate Change (M7YAP) atau Rencana Tujuh Tahun Aksi Muslim untuk Perubahan Iklim yang dideklarasikan di Istambul, Turki awal Juni 2009. Pertemuan ini juga mendaulat dan memberikan dukungan kepada Kota Bogor sebagai kota jasa yang berwawasan dan berpihak pada lingkungan.

Peserta konferensi juga mengunjungi Pesantren Darul Mutaqqin, Parung Bogor, pada 9 April, siang setelah mengikuti pembukaan dan sesi pertama. Kunjungan ini untuk melihat pengelolaan pesantren yang didaulat sebagai pesantren terbersih dan juga menanam pohon sebagai simbol langkah nyata peserta dalam menghambat laju perubahan iklim.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *