Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

BOF3 & FHI berlangsung, tingkatkan perhatian publik pentingnya organik dan herbal

Redaksi – 26 Jun 2013

 Pagi sekitar pukul 7.30 WIB anak-anak dengan berdandan rapi berkumpul di halaman Kampus Institute Pertanian Bogor (IPB) Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat. Tentu saja mereka tak sendirian, orang tua bersama guru mereka juga mendampingi. Penuh suka cita anak-anak TK ini berfoto dan bercanda di wahana Museum Pertanian Bogor Organic Fair 3 dan Festival Herbal Indonesia (BOF3 & FHI). Yah inilah serangkaian acara yang mengiringi Pembukaan BOF3 & FHI pada 22 Juni 2013.

Anak-anak TK di Bogor ini turut memeriahkan prosesi Pembukaan BOF3 & FHI dengan mengikuti karnaval delman. Sekitar pukul 8.30 WIB anak-anak mengikuti karnaval delman mengitari Kebun Raya Bogor. Mulai dari lapangan IPB Baranangsiang, menelusuri jalan Pajajaran, dan mengitari jalan seputar Kebun Raya Bogor dan berakhir di lapangan IPB Baranangsiang lagi.

Setelah anak-anak memeriahkan prosesi Pembukaan dengan Karnaval Delmannya, orang tua mereka, para guru, mahasiswa, masyarakat umum dan para undangan mengikuti Pembukaan BOF3 & FHI. Setelah mendengarkan alunan musik tradisional, para hadirin mendengarkan sambutan para petinggi penyelenggara BOF3 & FHI.

BOF3 & FHI akhirnya resmi dibuka pada 22 Juni 2013 setelah prosesi sambutan, memukul kendang oleh para petinggi penyelenggara tersebut dan alunan anglung gubrak yang mengitari mereka berkeliling pameran produk organik dan herbal di BOF3 & FHI.

Selanjutnya BOF3 & FHI kembali berlangsung pada 22-23 Juni 2013. Berbagai produk organik dan herbal ditampilkan oleh para petani dan penggiat organik-herbal dan UKM. AOI menyelenggarakan BOF 3 & FHI bekerjasama dengan AKSI, Pemkot Bogor dan IPB mengambil tema “Organic as Indonesia Heritage” atau “Organik Warisan Budaya Indonesia”. Dalam kegiatan ini juga menyuguhkan bermacam acara talkshow dan workshop yang mengupas aneka ilmu dan informasi mengembangkan maupun bersikap organik.

Sabastian Saragih sebagai Presiden AOI berharap ajang BOF & FHI bisa menjadi media untuk mempertontonkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu memproduksi produk pertanian yang bersahabat dengan alam dan tidak melanggar hak asasi manusia.

“Dan secara pasti dari tahun ke tahun BOF akan semakin dibanjiri produk pertanian organik, konsumen dan pedagang produk pertanian organik. Di masa-masa mendatang BOF juga akan dibanjiri oleh importir produk pertanian organik dari negara-negara lain,” lanjut Bastian.

Menurut Sucipto Kusumo Saputro sebagai Ketua Panitia BOF3&FHI, gelaran organik selama 2 hari ini mengambil tema Organic as Indonesia Heritage dengan tujuan untuk menggaungkan dan mensosialisasikan organik sebagai warisan budaya Indonesia.

“Harapannya masyarakat bisa mengingat kembali bagaimana kekayaan budaya dan kearifan lokal Indonesia dalam teknologi pertanian yang telah dikembangkan nenek moyang kita. Teknologi bertani yang ramah sosial, lingkungan dan ekonomi serta tak lekang oleh waktu,” ungkap Sucipto.

Lebih lanjut Sucipto mengatakan, kegiatan BOF 3 & FHI ini adalah bagian dari upaya AOI dalam mengkampanyekan pertanian organik dan fair trade di Indonesia. Harapannya kegiatan ini bisa berkelanjutan, menggandeng berbagai pihak dan bisa berkolaborasi dengan perhelatan akbar organik dan fair trade di tingkat dunia seperti BioFach. Bersamaan dengan moment peringatan Kota Bogor yang ke-531, Sucipto berharap upaya mengkampanyekan pertanian organik dan fair trade ini menjadi semakin luas.

Berlanjut dan dapat dukungan kebijakan

Bambang Ismawan sebagai Pembina AKSI menyatakan bangga telah mendukung BOF3 & FHI. “Kami ingin kegiatan ini tidak hanya berlangsung 1-2 kali, namun berturut-turut. Bahkan lebih sering lagi tidak hanya 1 tahun sekali dan lebih kreatif. Sehingga budaya organik bisa melekat dan menjadi bagian hidup kita,” ungkap Bambang.

Sugianta Msi sebagai Wakil dari Rektor IPB mengatakan pengalamannya bahwa menurut Pastor Agatho (Pengembang pertanian organik di Cisarua, Bogor), organik berarti membahagiakan semua mahkluk hidup dan sekitarnya. Tidak ada yang ditumpas sehingga semuanya bisa saling memberi manfaat. Sehingga organik yang diwariskan oleh nenek moyang ini bisa memberi kelanggengan hidup. Organik lebih sehat dan berkelanjutan.

Sementara itu, Achmad Ru’yat sebagai Wakil Walikota Bogor mengatakan bahwa peran kebijakan dalam pengembangan organik dan herbal sangat penting. Semua upaya seperti BOF3 & FHI harus mendapat tindak lanjut dari pemangku kebijakan. Terlebih saat ini semua yang bersifat alami telah menjadi kebutuhan masyarakat.

“Selama 531 tahun Kota Bogor sangat inheren dengan masalah-masalah lingkungan. Kita punya saksi hidup berupa Kebun Raya Bogor. Sangat jelas visi sustainable development Kota Bogor,” jelasnya.

Ru’yat menambahkan dalam skala ekonomi, nilai tambah hanya terjadi antara struktur dan pendukung lingkungan. Sehingga tanpa dukungan anggaran, segala upaya lingkungan terkait organik dan herbal hanya akan menjadi simbolis. Maka yang terpenting setelah kegiatan ini, tidak hanya sebatas workshop tapi bisa lebih mempengaruhi para pengambil kebijakan untuk medukung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *