Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

WMO: Tingkatkan Investasi Penguatan Prakiraan Cuaca

Ani Purwati – 05 Dec 2007

Investasi dalam memprediksi, monitoring dan penelitian ilmiah untuk adaptasi terhadap risiko alami dan ekonomi akibat perubahan iklim perlu ditingkatkan. Pembuat kebijakan tidak hanya investasi program untuk mitigasi perubahan iklim, tetapi juga penguatan pengukuran dan prakiraan sehingga bisa membantu masyarakat dalam kondisi yang ekstrim terhadap air dan cuaca. Demikian menurut Michel Jarraud, Sekretaris Jendral World Meteorological Organization (WMO) di Nusa Dua Bali (4/12).

Indonesia sendiri menurut Andi Eka Sakya, Sekretaris Utama BMG sebagai anggota WMO, telah mendapatkan sistem dan metodologi dari WMO. Manfaat dari keikutsertaan Indonesia dalam WMO itu adalah transfer teknologi, pengumpulan dan pengolahan data yang lebih akurat karena lebih banyak daerah yang terjangkau.

Di Indonesia telah ada 185 stasiun radar dengan 65 nya yang dikirim ke WMO. Dengan jumlah pulau di Indonesia sekitar 17 ribu pulau dan garis pantai sekitar enam juta kilometer persegi, dapat dikatakan cukup dengan jumlah stasiun itu.

Berbagai teknologi dan sistem masih sangat diperlukan di Indonesia meski masyarakat telah mempunyai pengetahuan lokal (indigenous people) tentang tsunami. Itu karena sulit memprediksi gempa, apakah menimbulkan tsunami atau tidak, maka dibangun stasiun radar di daerah rawan seperti Bandung, Pontianak Makasar, Padang, Aceh, Lampung, Semarang, Surabaya dan Bandung.

“Namun akurasi dari teknologi sistem itu juga sulit diprediksikan karena kecepatan tsunami (800 km/jam). Hanya dengan prediksi gempa pada 6,3 skala richter dapat menimbulkan tsunami. Itu untuk mengantisipasi meski akhirnya tidak terjadi tsunami,” ungkap Sakya.

Selain itu pendidikan pada masyarakat terutama petani yang sangat tergantung iklim tentang perkiraan iklim dan musim juga dilakukan. Di antaranya dengan adanya Sekolah Lapang Iklim di Indramayu sebagai percontohan di Asia juga. Dengan demikian petani dapat mengetahui perubahan musim tanam.

Dijelaskannya bahwa sekarang ini telah terjadi perubahan iklim karena peningkatan suhu sejak 100 tahun ini yang rata-rata mencapai 3,14 derajat celsius. Bila tahun lalu rata-rata suhu 28 derajat Celsius maka sekarang suhu bisa mencapai 31,4 derajat celsius. Dengan kondisi ini terjadi peningkatan intensitas panas dan hujan. Akibatnya terjadi peningkatan penyakit dan kebakaran hutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *