Redaksi – 21 Feb 2012
StoS Film Festival 2012 dengan tema “Semangat Tanpa Batas” ingin berbagi semangat dan menyerukan semua pihak untuk bertindak bersama-sama untuk menyelamatkan lingkungan. Berjuta semangat dari masyarakat (seperti petani, nelayan dan lainnya) yang bermunculan di tengah kerusakan dan keterpurukan lingkungan hidup dan kehidupan sosial ekonominya inilah yang ingin ditularkan StoS Film Festival kali ini. Demikian ungkap Ferdinan Ismail, Direktur StoS Film Festival 2012 dalam siaran pers 16 Februari 2012.
Saat ini bermacam permasalahan sosial, politik dan lingkungan di negeri ini sepertinya tiada akhir. Konflik agraria yang meminggirkan petani dan nelayan, pengrusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan, perkebunan skala besar, reklamasi pantai, konversi hutan mangrove, dan pencemaran laut oleh perusahaan perikanan, menjadi pemandangan yang biasa, tanpa penindakan hukum yang tegas di negeri ini. Kini beban mereka bertambah dengan cuaca tak menentu akibat dampak perubahan iklim. Lebih parah lagi, Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim sekaligus negara agraris, justru mengimpor kebutuhan pangannya. Mulai dari garam, ikan, beras, hingga bawang merah.
Semangat ini yang membuat petani Brebes membuat benih padi tahan air asin, agar mereka dapat beradaptasi terhadap lahannya yang kerap tergenang air laut. Atau semangat masyarakat Molo yang menggali kembali kearifan lokalnya mengelola lahan dan pangan lokal, meninggalkan tambang marmer. Juga semangat nelayan Langkat, Sumatera Utara yang mengusir perkebunan sawit skala besar dan memilih menyelamatkan hutan mangrove.
Sawit Watch meyakini StoS Film Festival bisa menjadi media pendidikan publik perkotaan untuk lebih mengetahui dan merasakan bagaimana penderitaan masyarakat adat di wilayah-wilayah pedalaman Indonesia ketika kekayaan sumber daya alamnya dieksploitasi perusahaan-perusahaan skala besar multinasional.
Bagi JATAM, StoS mampu menjawab keraguan banyak pihak dan membuktikan StoS Film Festival bukan sekadar selebrasi, namun telah menjadi satu gerakan yang mampu menghubungkan cerita krisis di wilayah hulu dan hilir dari satu alur ekstraksi sumber tambang sehingga mulai dipahami publik.
Sementara Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF) berharap, pengetahuan-pengetahuan yang didapat publik melalui Festival Fim ini diharapkan menjadi pendorong untuk memahami masalah lingkungan dari beragam perspektif budaya, sosial, ekonomi dan politik. Ini akan mendorong kepedulian dan solidaritas publik kota untuk menjadi konsumen cerdas dan bertanggung jawab.
Jauh lebih penting dari itu, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menggarisbawahi pentingnya semangat dan kesadaran yang telah terhimpun melalui medium StoS Film Festival menjadi virus yang menular dan mampu mendorong terjadinya perubahan pola kehidupan kita, mulai dari ruang privat hingga ruang publik.
StoS Film Festival kali ini akan menayangkan 33 film dokumenter dan fiksi dan Pameran tentang Masyarakat Mollo yang berhasil memperjuangkan kearifan lokalnya dan memilih mempertahankan lingkungan, pangan lokal dan tenunnya, dari kegiatan yang merusak lingkungan.
Sebelumnya telah terpilih 30 karya esai “Semangat Tanpa Batas” yang akan dipilih 5 pemenang utama di malam Penutupan Festival. StoS Film Festival kali ini digelar lebih panjang dari festival di tahun-tahun sebelumnya, mulai tanggal 22 – 26 Februari 2012 dan bertempat di Goethe Institut, Kine Forum dan Institut Français d’Indonésie.
“Menyelamatkan lingkungan, berarti menyelamatkan bangsa. Semoga kehadiran StoS Film Festival memberi semangat tanpa batas bagi kita semua untuk bangun, bergandengan tangan, menjadi pelaku utama penyelamatan lingkungan”, tukas Voni Novita, Dewan Program StoS Film Festival.