Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Proyek Jagung Hemat Air Dianggap Tidak Menjawab Krisis Iklim

Pusat Keanekaragaman Hayati Afrika (The African Centre for Biodiversity – ACB) baru-baru ini meluncurkan sebuah laporan berjudul “Keuntungan dari Krisis Iklim; Merongrong Ketahanan: Jagung Hemat Air Proyek Gates dan Monsanto untuk Afrika (WEMA) atau “Profiting from the Climate Crisis; Undermining Resilience: Gates and Monsanto’s Water Efficient Maize for Africa (WEMA) Project”. Laporan ini mengutuk Gates Foundation dan proyek WEMA Monsanto sebagai tidak lebih dari ‘green washing’ alias mencuci tampilan identitas perusahaan agar terlihat ramah lingkungan. Menurut ACB, proyek tersebut lebih dirancang untuk menjerat petani kecil dalam mengadopsi jagung hibrida dan rekayasa genetika, serta menggunakan benih dan produk agro-kimia perusahaan.

Menurut laporan ACB, proyek WEMA berkedok memerangi perubahan iklim dan filantropi. Namun, proyek WEMA berada di upaya puncak mengubah sistem pertanian Afrika dengan mengeksploitasi upaya beberapa dekade pemuliaan publik yang tadinya untuk kepentingan umum mengubah kepemilikan pemuliaan jagung, produksi benih dan pemasaran menjadi hampir sepenuhnya swasta.

Penggagas proyek WEMA mengklaim proyeknya sebagai ‘Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture – CSA’ yang sukses menjawab krisis iklim yang dihadapi Afrika.

Namun, Tujuan nyata dari proyek WEMA adalah untuk menghasilkan varietas jagung rekayasa genetik dan hibrida konvensional tahan kekeringan untuk petani kecil di Sub Sahara Afrika. WEMA didanai penuh (US$. 85 juta dolar) oleh Yayasan Bill dan Melinda Gates (the Bill and Melinda Gates Foundation – BMGF), Howard G. Buffett Foundation dan USAID. Mitra utamanya termasuk Monsanto, Pusat Penelitian Jagung dan Gandum Internasional (the International Maize and Wheat Improvement Centre -CIMMYT) dan lembaga-lembaga penelitian pertanian nasional (NARS) di masing-masing negara WEMA, yaitu, Kenya, Tanzania, Afrika Selatan, Mozambik dan Uganda.

Menurut Direktur ACB, Mariam Mayet, “Fakta bahwa proyek WEMA disebut-sebut sebagai studi kasus CSA merupakan indikasi mengejutkan berapa banyak tanah telah hilang untuk agribisnis multinasional dalam ruang kebijakan iklim di Afrika dan internasional.”

Eike Zaumseil, ahli iklim Bread for the World, menambahkan: “Kasus WEMA membuktikan kekhawatiran masyarakat sipil bahwa pertanian cerdas iklim menyediakan platform yang berbahaya perusahaan untuk menerapkan pertanian ala industri. Ada banyak bukti bahwa pertanian ala industri merusak manusia, keanekaragaman hayati, benih, air, tanah, dan iklim. Parahnya, petani didorong untuk mengadopsi rekayasa genetik-monokultur yang efeknya tidak bisa diperkirakan, dan meninggalkan aset iklim yang paling berharga, yaitu keanekaragaman benih tradisional mereka.”

Mitra WEMA ini menentukan jenis plasma nutfah jagung yang tersedia untuk proyek, dengan Monsanto ‘menyumbangkan’ gen tahan kekeringan dan tetap mempertahankan perlindungan hak kekayaan intelektual yang rumit di atasnya. Sebagian besar plasma nutfah dari CIMMYT adalah hasil dari inisiatif lain yang didanai Gates, proyek jagung tahan kekeringan untuk Afrika (Drought Tolerant Maize for Africa-DTMA). Mitra pelaksana WEMA adalah industri yang didukung Badan Teknologi Pertanian Afrika (African Agricultural Technology Agency – AATF).

Menurut Mayet, “Model WEMA hanya akan mencapai lapisan petani skala kecil yang terpilih. Selanjutnya, biaya dan persyaratan teknis dari rekayasa genetik dan produksi benih hibrida, saat ini di luar jangkauan perusahaan benih Afrika skala kecil, akan menyebabkan pemusatan industri; yang memungkinkan agrokimia multinasional/perusahaan benih besar termasuk dan terutama, Monsanto akan mendominasi.”

Laporan ini juga berpendapat bahwa jagung rekayasa genetik Monsanto lebih memungkinkan untuk bencana bagi petani kecil, ironisnya, jagung tersebut diklaim tahan kekeringan tetapi belum teruji dalam kondisi lingkungan yang tertekan, seperti kekeringan. Menurut Gareth Jones, penulis laporan ini, “Dimasukkannya jagung rekayasa genetik MON810 tahan serangga milik Monsanto yang kontroversial dalam proyek WEMA sangat mengejutkan mengingat bahwa varietas ini sudah gagal baik untuk petani komersial dan petani kecil di Afrika Selatan.”

Gates Foundation memainkan peran sentral dalam mendorong Revolusi Hijau di Afrika. Selain US$. 85 juta yang diberikan kepada proyek WEMA, juga telah menempatkan sekitar US$. 720 juta kepada Consultative Group on International Agricultural Research – CGIAR (dimana CIMMYT adalah anggota), US$. 100 juta ke AATF, sementara banyak dari perusahaan benih yang terlibat dalam WEMA telah mendapat dukungan dari proyek unggulan Gates Foundation, yaitu Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika (Alliance for a Green Revolution in Africa-AGRA).

Laporan itu menyerukan kepada Gates Foundation dan donor lain seperti USAID, DFID, SIDA, dan DANIDA untuk mempromosikan agenda penelitian beragam dan partisipatif, yang mencerminkan pluralitas agro-ekologi kondisi yang ditemukan di seluruh Afrika. Bukan mendanai Revolusi Hijau yang berakhir bencana. Sumber: The African Centre for Biodiversity, situs www.acbio.org.za

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *