Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Ornop Luncurkan Gerakan Rakyat Indonesia Bertanya untuk Komitmen Iklim

Ani Purwati dan Jing Han – 26 Nov 2010

Organisasi Non Pemerintah Indonesia (Ornop Indonesia) meluncurkan Gerakan Rakyat Indonesia Bertanya untuk komitmen iklim di Jakarta, 26 November 2010. Melalui gerakan ini mereka ingin negara maju (Annex I) merubah komitmennya menjadi aksi nyata untuk perubahan iklim. Hingga saat ini Ornop Indonesia melihat negara maju belum menunjukkan komitmennya untuk mengurangi emisi pada perundingan perubahan iklim.  

“Yang terpenting dari gerakan ini adalah mendesak negara-negara maju bertanggung jawab untuk melindungi suhu global di bawah 20C sehingga bisa melindungi bumi dari dampak perubahan iklim,” kata Cut Rindayu sebagai Manager Media Komunikasi Institute for Essential Services Reform (IESR).

Gerakan ini memerlukan partisipasi masyarakat (publik) untuk memperkuat pertanyaan dan upaya ini. Melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan youtube, masyarakat terutama pemuda dan berpendidikan bisa memberikan partisipasinya untuk mengoptimalkan pengaruh.

Tujuannya adalah mengumpulkan sejuta partisipasi untuk kegiatan ini. Dengan video dan foto, masyarakat Indonesia dan negara berkembang lainnya bisa bertanya dan mendesak komitmen para pemimpin negara maju yang akan mengikuti Konferensi Perubahan Iklim ( United Nations Framework Convention on Climate Change – UNFCC) atau COP 16 di Cancun, Meksiko pada 29 November-10 Desember 2010.

Chalid Muhammad sebagai Direktur Institute Indonesia Hijau (IHI) mengharapkan para pihak seperti media massa, pelajar, masyarakat umum, pemuka agama dan sebagainya di seluruh dunia bisa memperkuat pertanyaan masyarakat ini seperti sudahkah Negara Annex I menurunkan emisi mereka secara nyata, berapa besar penurunan emisi mereka, apa yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan ratusan ribu rakyatnya terhadap bahaya perubahan iklim.

“Gerakan ini penting karena kami melihat rendahnya harapan pada perundingan iklim di Cancun,” kata Chalid.

Melalui gerakan bertanya ini, dia ingin perundingan iklim akan kembali pada substansi perundingan yang sebenarnya, bukan hanya tentang perdagangan karbon atas nama perubahan iklim. Kemudian, Indonesia bersama negara berkembang lainnya sebagai negara paling rentan dengan perubahan iklim bisa memainkan peran untuk mengarahkan perundingan tetap fokus pada penurunan emisi secara nyata. Yaitu tingkat karbon dioksida (CO2) dijaga tidak lebih dari 450 ppm dan memastikan tidak ada kenaikan suhu global di atas 20C.

Ornop Indonesia yang meluncurkan gerakan tersebut terdiri dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), IHI, Greenpeace, Kiara, KAU, IESR dan Sawit Watch.

Berita Terkait: http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0348&ikey=1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *