Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Fotonovela Karya Komunitas Peduli Ciliwung Turut Meriahkan StoS Film Festival 2010

Ani Purwati – 16 Feb 2010

Menjadi salah satu nominator Kompetisi Fotonovela South to South Film Festival (StoS Film Festival) 2010 adalah satu kebanggaan bagi Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), sebuah komunitas yang terbentuk dari kepedulian sekelompok warga yang mempunyai kepedulian untuk mengembalikan fungsi ekologi dan sosial sungai Ciliwung di Bogor menjadi tempat publik yang nyaman, bukan hanya sebagai saluran air dan tempat pembuangan sampah. Foto-foto komunitas KPC Bogor dalam fotonovela (foto bercerita) yang menggambarkan kegiatan dalam membersihkan sungai Ciliwung dari sampah masuk sebagai salah satu nominator karena dianggap sebagai salah komunitas yang mempunyai kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar.

“Foto hasil dokumentasi KPC dianggap layak untuk dipamerkan di acara StoS Film Festival 2010. Tentunya ini merupakan salah satu media kampanye dalam upaya penyadaran terhadap publik akan pentingnya sungai untuk kehidupan masyarakat,”  kata Hapsoro sebagai Koordinator KPC.

Meski belum memenangkan kompetisi fotonovela ini, namun apresiasi yang besar telah diberikan pada karya fotonovela KPC sebagai nominator dalam acara StoS Film Festival (http://www.stosfestival.org/)  yang diselenggarakan pada tanggal 22 – 24 Januari 2010 di Goethe Institute dan CCF Jakarta. Tentunya apa yang sudah dilakukan oleh KPC dapat diketahui publik, sehingga bisa menumbuhkan kepekaan dan kepedulian untuk mau menjaga dan melestarikan ekosistem sungai yang berguna untuk kehidupan saat ini dan masa depan.

Sementara itu karya fotonovela yang berhak mendapatkan penghargaan ‘most inspiring fotonovela’ dalam StoS Film Festival adalah Celengan Sampah, karya Jatmiko Wicaksono. Perpaduan antara foto, teks cerita, dan desain ini menceritakan bagaimana mengelola sampah melalui Bank Sampah. Dimana masyarakat bisa menyimpan sampah-sampah anorganik dan mendapatkan hasilnya berbentuk uang setelah tiga bulan.

 

Sukarela dan Terbuka

KPC melakukan kegiatan mulung perdana di Sungai Culiwung Kota Bogor pada tanggal 15 Maret 2009 yang diikuti sekitar 80 orang. Kegiatan mulung hingga saat ini masih berlangsung teratur setiap minggu meskipun jumlah pesertanya naik-turun. Secara keanggotaan KPC bersifat sukarela dan terbuka dan saat ini anggotanya berasal dari berbagai latar belakang maupun profesi.

Kegiatan rutin KPC yaitu memulung sampah di Sungai Ciliwung Kota Bogor setiap Sabtu. Selain itu, beberapa kegiatan yang sudah dilakukan diantaranya melakukan penelitian sederhana di sepanjang aliran sungai Ciliwung (terdiri dari sosial, kualitas air, biota air, herpetofauna, burung), pendokumentasian kegiatan (foto dan video), pendidikan lingkungan kepada murid-murid sekolah dasar, penyadaran publik melalui blog http://www.tjiliwoeng.co.cc/, pemutaran film di perkampungan bantaran Ciliwung, kompetisi mulung antar kelurahan (peringatan 17 agustus 1945).

Hapsoro sebagai salah satu perintis kegiatan ini menafsirkan bahwa orang Indonesia masih senang melakukan kegiatan berdasarkan momentum hari-hari besar lingkungan. Aksi mulung sampah ini bersifat voluntary, tidak ada paksaan. Makan dan minum pun membawa dari rumah masing-masing. Bahkan, Hapsoro juga menyediakan kotak sumbangan untuk membeli karung yang diedarkan ke peserta mulung.

Untuk melakukan kegiatan ini, KPC mendapat bantuan dari Dinas Kebersihan kota Bogor dalam pembuangan sampahnya. Saat ini sampah buangan masih dibuang ke TPA Galuga. Di saat-saat awal KPC masih melakukan pemilahan sampahnya, tapi kini kegiatan tersebut sulit dilakukan mengingat diperlukan waktu dan tempat penampungan yang tidak sedikit. KPC masih mencari pihak yang mau menangani pemilahan sampah ini.

Hapsoro juga mengakui bahwa saat ini masih sulit untuk merubah pola pikir masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Karenanya dengan melakukan pemulungan secara intensif, diharapkan masyarakat bisa berpartisipasi dan malu bila masih membuang sampah ke sungai. Mereka tidak perlu dimarahi bila masih membuang sampah, tetapi perlu pendekatan bagaimana membuat mereka tidak lagi membuang sampah ke sungai. Juga melakukan pendekatan kepada warga yang memiliki kepentingan dalam menjaga sungai, misalnya pemilik keramba ikan, mereka secara teratur tiap hari membersihkan sampah yang menyangkut di kerambanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *