Disarikan Ani Purwati – 08 Dec 2010
Pada sesi sidang pleno Konferensi Perubahan Iklim (Conference of Parties – COP) ke-16 pada Rabu 1 Desember, di Cancun, Mexico, isu protokol baru di bawah UNFCCC seperti usulan negara-negara Para Pihak telah dibahas. Pertemuan tersebut sepakat untuk membentuk sebuah contact group untuk membahas usulan itu.
Demikian menurut Lim Li Lin dari Third World Network dalam laporannya 3 Desember 2010, langsung dari Cancun.
Dalam laporannya Lim Li Lin mengatakan bahwa setelah sesi COP, pada sesi COP ke-6 sebagai Pertemuan Para Pihak Protokol Kyoto (CMP) mempertimbangkan usulan resmi dari Para Pihak untuk amandemen protokol bagi periode komitmen kedua dari pengurangan emisi oleh Negara Annex I. Diputuskan bahwa CMP akan akan mendengar laporan Ketua AWG-KP tentang kemajuan kerja sebelum memutuskan apa yang harus dilakukan.
Banyak negara mencari instrumen perjanjian baru di bawah UNFCCC sebagai hasil dari AWG-LCA. Namun, belum ada kesepakatan tentang bentuk hukum hasil. Banyak negara yang berbicara pada sesi COP saat ini menyatakan bahwa contact group harus mengeksplorasi masalah bentuk hukum hasil akhir dari AWG-LCA yang belum ditentukan.
Bagaimanapun beberapa negara menyatakan hati-hati tentang penyusunan contact group pada masalah ini karena akan menimbulkan duplikasi atau perundingan lain di bawah AWG-LCA, dan mengambil waktu perundingan AWG-LCA. Selain itu, kelangsungan hidup Protokol Kyoto berada di bawah ancaman serius, terutama karena Jepang baru-baru ini mengumumkan dengan tegas bahwa dia tidak akan pernah setuju untuk suatu komitmen periode kedua dari Protokol Kyoto. Menurut beberapa negara, ini harus menjadi fokus diskusi.
Sebanyak enam protokol baru telah diusulkan oleh Jepang, Tuvalu, Amerika Serikat, Australia, Costa Rica, dan Grenada atas nama Aliansi Negara Kepulauan Kecil (Alliance of Small Island States – AOSIS). Usulan Grenada resmi diberitahukan kepada Sekretariat dan Para Pihak pada Mei 2010. Lima usulan lainnya telah disampaikan pada tahun 2009, dan telah dipertimbangkan sidang COP 15 di Copenhagen.
Di Copenhagen, lima usulan untuk protokol ini tidak diadopsi. Masalah ini masih beredar dan dibahas lagi di Cancun, bersama dengan usulan AOSIS dari Grenada.
Semua usulan protokol adalah instrumen hukum yang menggambarkan sebagai hasil dari AWG-LCA. Menurut negara-negara berkembang, usulan mereka dimaksudkan untuk menjadi instrumen hukum yang duduk di samping Protokol Kyoto yang ada, dan tidak untuk menggantikannya.
Pada awal sesi pleno di Cancun, Grenada mengusulkan bahwa open ended contact group di bawah bimbingan dan fasilitasi Presiden COP Meksiko harus dibentuk untuk membahas usulan protokol. Grenada mengatakan bahwa tidak efisien atau berguna bila mempertimbangkan masalah ini dalam pleno, karena ini membutuhkan diskusi sendiri, dan contact group akan memfasilitasi transparansi, partisipasi penuh, dan memastikan legitimasi hasilnya.
Menurut Grenada, tidak ada tempat untuk usulan yang berhubungan dengan arsitektur, atau bentuk hukum, dan bahwa contact group akan melakukan diskusi mendasar dalam proses ini, dan posisi Para Phak pada masalah bentuk hukum pada COP berikutnya di Afrika Selatan.
Dikatakannya bahwa dibutuhkan kejelasan dan kepastian hukum karena ada pandangan sangat berbeda pada substansi, terutama pada mitigasi, dan tidak ada pemahaman tentang permainan akhir dari Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan). Karena itu, Grenada mengatakan penting untuk menangkap dan membawa ke depan konvergensi umum tentang tujuan akhir dari hasil yang mengikat secara hukum, dalam sebuah proses keputusan yang akan ditetapkan sebuah strategi yang tepat terhadap suatu instrumen yang mengikat secara hukum di Afrika Selatan. Contact group harus mendiskusikan isu-isu hukum dan hubungan antar instrumen yang telah berlaku.
Usulan untuk contact group didukung oleh banyak negara termasuk African Group, Costa Rika, Tuvalu, Cuba, Guatemala, Maladewa, Venezuela, Nauru, Cook Islands, Dominica, Kepulauan Solomon, Republik Dominika, Vanuatu, Marshall Islands, Saint Lucia, Guyana dan Norwegia. Venezuela mengatakan bahwa kerja contact group tidak boleh bertentangan dengan pekerjaan di bawah AWG-LCA.
Norwegia dan Uni Eropa memperingatkan bahwa contact group tidak boleh duplikasi dengan konsultasi yang sedang berlangsung oleh Kepresidenan Meksiko.
Brazil menekankan bahwa dalam AWG-KP, hasil hukum diperlukan sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 3.9 dari Protokol Kyoto. Di bawah AWG-LCA, ada keraguan tentang sifat hasil hukum, sebagai bentuk keprihatinan pada substansinya dalam meningkatkan pelaksanaan UNFCCC. Brazil mengatakan bahwa penting untuk menemukan ruang untuk melihat ke dalam pilihan, dan mendiskusikan kebutuhan untuk hasil hukum. Brazil ingin melihat hasil hukum dalam AWG-KP dan AWG-LCA, dan menyambut upaya untuk membahas masalah bentuk hukum.
Afrika Selatan mendukung upaya untuk membahas aspek-aspek penting dari masalah ini, dan mengatakan bahwa nilai dari protokol yang diusulkan adalah bahwa mereka memberikan kesempatan untuk mendiskusikan arsitektur masa depan dan sifat hukum dari hasil AWG-LCA, dan langkah ke depan. Kenyataan bahwa status hukum dari hasil AWG-LCA adalah hambatan utama, dan keputusan tentang sifat hukum akan mengalami banyak kendala.
China mengatakan bahwa masalah bentuk hukum harus dibahas. Dikatakannya bahwa di bawah AWG-KP, Para Pihak harus mengadopsi perubahan yang mengikat secara hukum untuk periode komitmen kedua, dan di bawah Pihak AWG-LCA, Para Pihak sedang membahas bagaimana memperkuat UNFCCC dan pelaksanaannya. Dikatakan bahwa China bisa menerima hasil yang mengikat secara hukum. Lebih banyak waktu yang harus dihabiskan untuk memecahkan masalah sehingga ada hasil yang bermakna dan seimbang, dan tidak ingin ada diskusi formal baru tentang masalah ini, yang akan membuat persaingan antar dua AWGs. China mengatakan bahwa masalah ini dapat diatasi di bawah dua AWG, dan menyarankan untuk menemukan cara yang lebih realistis seperti konsultasi informal oleh Ketua atau AWG-LCA untuk mempertimbangkan masalah ini.
India mengatakan bahwa sebenarnya ada dua hal yang diusulkan, yaitu usulan untuk protokol baru dan bentuk hukum. Usulan untuk protokol baru dibahas tahun lalu, dan tidak ada kesepakatan antar Pihak. Dikatakan India bahwa waktu harus dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil di Cancun, dan isu serius adalah ancaman bagi kelanjutan dan kelangsungan hidup Protokol Kyoto. Awan mendung di atas Protokol Kyoto harus ditangani, untuk mengatur keseimbangan hasil di Cancun. Pembahasan AWG-KP telah berada di belakang AWG-LCA, dan banyak masalah yang secara aktif sedang dipertimbangkan di bawah AWG-LCA dan belum menyelesaikan tugasnya. Dikatakannya bahwa kita harus fokus pada dua teks dari pertemuan terakhir di Tianjin, dan pada titik tertentu, usulan untuk protokol baru harus diizinkan untuk beristirahat.
Pada isu kedua, India mengatakan bahwa “bentuk harus mengikuti substansi”. Semua hasil akan mengikat, yaitu bagaimana kita selalu beroperasi. Semua keputusan Marrakech mengikat, dan sedang dilaksanakan. Setelah kita mengetahui kewajiban, kita kemudian dapat mengetahui bentuk. Pertama, mendapatkan hak substansi, dan kemudian bentuk akan mengikuti. Dikatakan India bahwa praktis ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam dua AWG, dan mungkin ada konsultasi tentang masalah ini.
Australia mengatakan bahwa ia mendukung hasil pasca-2012 yang mengikat secara hukum, yang mencakup kontribusi mengikat oleh semua emiten utama. Dia mendukung proses pembahasan masalah ini yang menyatukan semua usulan.
Presiden COP, Menteri Espinosa Meksiko mengusulkan pembentukan contact group yang dipimpin oleh Michael Zammit Cutajar dari Malta, untuk membahas usulan, khususnya usulan oleh AOSIS, Costa Rika dan Tuvalu, karena mereka meminta kesempatan diskusi. Dia mengatakan bahwa mereka (para pendukung) telah dengan jelas menyatakan bahwa akibat semacam ini bukanlah sesuatu yang dapat kita capai di sesi ini, namun pembahasan ini adalah untuk memberikan arah untuk pekerjaan substantif kami. Diskusi tidak harus menentukan isu-isu dalam dua AWG.
Sumber: http://www.twnside.org.sg/title2/climate/news/cancun01/cancun.news.08.pdf ; http://www.twnside.org.sg/title2/climate/cancun.news.01.htm
Berita Terkait: http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0351&ikey=1