Ani Purwati – 04 Dec 2008
Sejak 2006 kendaraan bermotor sudah menggunakan bensin tanpa timbal (Pb). Namun sayangnya, bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan tetap mengandung senyawa kimia berbahaya seperti aromatik. Dimana hasil pembakarannya di dalam kendaraan bermotor akan menghasilkan senyawa benzena. Suatu senyawa yang bersifat karsinogenik.
Demikian ungkap Budi Haryanto, sebagai Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam Seminar Gerakan Nasional Kontrol Emisi, di Universitas Mercu Buana, Jakarta (3/12).
“Bila terhirup, akumulasi benzena dalam tubuh manusia selama kurun waktu 5-30 tahun dapat mengakibatkan kanker, tergantung dari kerentanan atau daya tahan masing-masing individu,” jelas Budi Haryanto.
Untuk memastikan adanya risiko tersebut pada manusia di Indonesia, tahun depan pihaknya bersama Osaka University akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang kaitan antara leukemia dengan benzena.
Untuk mengurangi risiko berbagai senyawa berbahaya hasil pembakaran bahan bakar yang tidak bersih, menurutnya, upaya membersihkan udara harus dapat dilakukan dengan cepat oleh berbagai pihak.
Selain itu kendaraan dapat menggunakan catalis conventer, melakukan uji emisi agar kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar yang bersih, monitoring penyelenggaraan uji emisi, dan manajemen transportasi.
Haryanto menghimbau jangan sampai ada kemacetan, karena kecepatan kendaraan bermotor kurang dari 30 km/jam akan mengakibatkan pembakaran bahan bakar minyak tidak sempurna. Maka timbullah senyawa-senyawa berbahaya yang akan menurunkan kualitas udara.
Menurutnya kualitas udara yang buruk akibat pencemaran telah mengakibatkan hampir 50% penyakit di masyarakat seperti asma dan pneumonia. “Artinya kalau semua pihak bekerja dengan baik seperti melakukan uji emisi, menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, memperbaiki manajemen transportasi, maka 50% penyakit akan hilang,” ungkap Haryanto.
Pada 2001, hasil penelitian menunjukkan 35% anak yang terpapar timbal di atas normal mengalami penurunan IQ, kecerdasan dan pada orang dewasa dapat menimbulkan gangguan reproduksi, sulit hamil, keguguran, lahir cacat dan sperma tidak normal. Padahal selain timbal ada banyak zat-zat pencemar udara yang lain seperti monoksida, hidroksida, sulfur dan debu.
Dalam berupaya menciptakan udara yang bersih dari pencemaran, pemerintah daerah Jakarta Barat berencana akan mewujudkan program wilayah yang bersih emisi. Menurut Yossi dari BPLHD Jakarta Barat (Jakbar), untuk mendukung keberhasilan rencana itu, Pemda akan melakukan gerakan kampanye uji emisi pada masyarakat dan menggalakkan uji emisi kendaraan bermotor.
“Namun program itu tidak akan berhasil tanpa keterlibatan semua pihak seperti kampus, swasta, dan industri,” katanya.
Seiring dengan upaya Pemda Jakbar yang ingin mewujudkan wilayah yang bersih emisi, Universitas Mercu Buwana (UMB) di Jakbar juga ingin menjadi kawasan percontohan kampus hijau yang bebas emisi, dengan jumlah mahasiswa 14.000 mahasiswa yang sebagian besar menggunakan kendaraan bermotor.
Menurut Yuriadi Kusuma, Dekan Fakultas Teknik Industri, UMB, selain menggalakkan uji emisi pada mahasiswa dan civitas akademika, kampus juga ingin membantu sosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ke depan, UMB ingin menjadi kampus hijau yang mendukung program-program ramah lingkungan.