Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Ramai-ramai Menolak Tanaman Trasngenik Kombinasi Dua Herbisida

Ratusan ribu orang di Amerika Serikat (AS) menolak tanaman rekayasa genetika yang mengandung campuran herbisida beracun 2,4-D dan glifosat (glyphosate) melalui situs EPA (Badan Perlindungan Lingkungan – EPA/ Environmental Protection Agency AS).

EPA saat ini sedang menilai aplikasi dari Dow AgroSciences, sebuah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Dow Chemical Co, untuk menjual Enlist Duo yang akan digunakan dalam pertanian. Enlist Duo merupakan tanaman rekayasa genetik (transgenik), yang dibuat untuk tahan herbisida glifosat dan herbisida 2,4-D.

Dalam proses aplikasi produk ini, EPA telah membuka layanan bagi masyarakat untuk memberikan pandangan dan komentar mengenai produk trasngenik di dengan kombinasi dua herbisida beracun. Sepanjang bulan Mei dan akhirnya diperpanjang sampai akhir Juni 2014, EPA menerima sekitar setengah juta komentar yang sebagian besar menentang usulan kontroversial ini.

Dalam kesempatan suatu siaran pers, kelompok para ahli medis dan ilmiah mengatakan, meminta Kongres AS harus mengutamakan risiko kesehatan manusia dan lingkungan. Departemen Pertanian AS menerima aplikasi terpisah Dow untuk jagung dan kedelai yang telah direkayasa genetik toleran dari kombinasi 2,4 D/glifosat untuk komersialisasi.

Beberapa pembicara yang mengkritik dan menentang aplikasi Dow diantaranya adalah Dr Philip Landrigan dari Mount Sinai School of Medicine, Dr Catherine Thomasson, dari Dokter umum untuk Tanggung Jawab Sosial; John P. Wargo, Ph.D. dari Yale University, Doug Gurian-Sherman, Ph.D. dari Pusat Keamanan Makanan; dan Gary Hirshberg dari Stonyfield Farm serta kelompok advokasi Just Label It.

“Paparan herbisida pada awal kehidupan dapat menyebabkan penyakit di masa kanak-kanak atau penyakit di kemudian hari dalam kehidupan dewasa atau bahkan usia tua,” kata Dr Landrigan, Dekan Kesehatan Global di Mount Sinai School of Medicine. “Bahan kimia herbisida juga bisa menyeberang dari ibu ke anak selama kehamilan dan paparan yang terjadi selama sembilan bulan kehamilan sangat berbahaya.”

Amerika, menurut rilis tersebut sudah terpapar herbisida 2,4-D yang disemprotkan pada rumput, tanah dan area non-pertanian lainnya. Paparan herbisida tersebut dikaitkan dengan kejadian kanker non-hodgin lymphoma, penyakit parkinson dan juga masalah pada sistem kekebalan, tiroid dan reproduksi.

Glifosat adalah bahan aktif yang berbahaya di Roundup, pembunuh gulma terkenal yang dikembangkan oleh raksasa perusahaan pestisida sekaligus produsen benih, Monsanto. Sedangkan 2,4 D adalah pembunuh gulma dibuat perusahaan kimia Amerika Serikat, Dow AgroSciences.

Selain di Amerika, upaya meloloskan benih transgenik dengan kombinasi herbisida berbahaya juga dilakukan Dow di Brazil, Afrika Selatan dan Argentina.

Sebagian ilmuwan memprediksi, gulma cepat mengembangkan resistensi atau ketahanan terhadap herbisida, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan penggunaanya.

Tanaman rekayasa genetik yang toleran herbisida Roundup diperkenalkan pada pertengahan 90-an. Setelah 18 tahun digunakan (1996 – 2013), menunjukkan meningkatnya penggunaan herbisida tersebut. Di Argentina misalnya, penggunaan Roundup telah meningkat rata-rata 220 juta liter pada masa tersebut. Di AS, laporan Benbrook seperti dikutip Grain menyebutkan penggunaannya telah meningkat rata-rata 239 juta kilo selama periode 1996–2011.

Selain Dow, perusahaan benih lainnya, Monsanto, juga telah merekayasa benih trasngenik toleran terhadap herbisida yang disebut Roundup Ready Xtend yang menggunakan herbisida baru Roundup Xtend, yaitu menambahkan dicamba, jenis herbisida kimia lain.

“Penggunaan glifosat berlebihan telah menyebabkan munculnya gulma super yang tidak mempan dengan satu herbisida alias sudah mengalami resistansi. Karenanya perusahaan perlu menggabungkan dua herbisida beracun,” kata Gary Hirshberg, ketua Stonyfield Farm dan Just Label It.

“Industri biotek mengulangi kesalahan yang sama yang membawa kita ke dalam kesulitan,” kata Doug Gurian Sherman, Ph.D, ilmuwan senior Pusat Keamanan Pangan. “Masyarakat harus menuntut kebijakan dan penelitian yang membantu petani mengadopsi sistem pertanian berbasis ekologi yang menguntungkan dan lebih baik bagi masyarakat.”

“2,4-D sudah dinyatakan EPA sebagai residu di lebih dari 300 bentuk yang berbeda dari makanan,” kata John P. Wargo, Ph.D., profesor kesehatan lingkungan dan politik di Yale University. “Penyemprotan jutaan hektar tambahan bahan kimia ini akan meningkatkan kontaminasinya pada tanah, permukaan dan air tanah serta residu pada makanan mereka.. Jika disemprotkan dengan pesawat, herbisida tersebut akan menyebar ke area yang berdekatan, berpotensi membahayakan mereka yang tinggal, pergi ke sekolah atau bekerja di dekatnya.”

Pada bulan Juni, 35 dokter, ilmuwan dan peneliti, termasuk Dr Chensheng (Alex) Lu dari Harvard School of Public Health dan Dr Raymond Richard Neutra, seorang kepala divisi pensiun dari Departemen Kesehatan Publik, California, mengirim surat kepada EPA Administrator, Gina McCarthy, mendesaknya untuk menolak aplikasi Dow.

“Risiko menyetujui campuran 2,4-D jelas,” kata Mary Ellen Kustin, analis kebijakan senior di Environmental Working Group. “Jika disetujui, penggunaan 2,4-D akan meningkat tiga sampai tujuh kali lipat pada tahun 2020, menurut USDA (Departemen pertanian AS). Risikonya terlalu besar dan terlalu sedikit manfaat sangat kecil untuk membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.”

Sementara, koperasi organik dan warga di Midwest juga mengirimkan surat penolakannya melalui situs EPA. Mereka mengatasnamakan 1844 keluarga petani anggota CROPP Cooperative (Organic Valley) di Midwest. Dalam suratnya, mereka menuliskan, persetujuan peredaran produk Dow tersebut akan mengancam masyarakat secara luas, terutama di pedesaan Wisconsin, dan keseluruhan industri pangan organik, yang merupakan sektor pangan yang pertumbuhannya tercepat.

Demikian juga dengan perawat dari Milwaukee Selatan yang menuliskan dalam situs EPA “Hentikan mendengar lobi perusahaan kimia dan mulailah mendengarkan masyarakat yang terkena dampak racun ini”.

Lutfiyah Hanim,
Ditulis dari berbagai sumber:

Grain. SOJA 2,4-D: Waging War on Peasants. May 2014. http://www.grain.org/article/entries/4945-2-4-d-soy-waging-war-on-peasants;
Siaran Pers: Citing Health Risks, Doctors and Scientists Urge Congress to Reject Potent Herbicide Mix for Genetically Engineered Crops. 23 Juli 2014. www.ewg.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *