Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Radio komunitas untuk suarakan korban lumpur Lapindo

Setyo Rahardjo – 21 Sep 2007 21:57

Komunitas Utan Kayu (KUK) melalui Kantor Berita Radio (KBR) 68H Jakarta, akan membangun radio komunitas untuk pengungsi korban lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. KUK tergerak untuk membantu para pengungsi mengingat minimnya sarana media komunikasi di lokasi penampungan mereka. “Harapan kami, dengan adanya radio komunitas tersebut akan dapat menjadi pusat informasi dan konsolidasi pengungsi korban Lapindo,” ujar Direktur Keuangan KBR 68H, Teddy Wibisana, dalam siaran persnya pada Kamis (20/9). Menurutnya, permintaan radio komunitas tersebut datang dari utusan pengungsi yang mengadu kepada KH Abdurrahman Wahid dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur di Kedai Tempo, Komunitas Utan Kayu, pada Sabtu, 9 September 2007 lalu. KBR 68H langsung merespon keinginan dan permintaan para pengungsi untuk membangun radio komunitas di kawasan tersebut. Bahkan KBR 68H menargetkan pada akhir bulan September 2007 ini, radio komunitas itu sudah dapat beroperasi. Adapun seluruh peralatan akan disiapkan dan ditanggung oleh pihak KBR 68H. Menurut Wibisana, cara pengoperasiannya juga sangat mudah. Mereka hanya diminta mengirim dua tenaga untuk pelatihan penyiaran dan teknisi. Pelatihan akan berlangsung selama dua hari, ditambah pembekalan strategi pemasaran. Usai pelatihan, mereka akan kembali membawa alat yang akan dipasang oleh teknisi dari KBR 68H. Rencananya radio komunitas tersebut akan dibangun di pusat pengungsian korban Lapindo di Pasar Baru Porong. Di kawasan tersebut terdapat pengungsi sebanyak 2.305 orang atau 705 kepala keluarga (KK). Sementara itu, salah seorang pendamping warga, yakni Paring Waluyo Utomo, menjelaskan bahwa selama ini masyarakat Indonesia tidak mendapatkan informasi yang benar tentang nasib pengungsi korban lumpur Lapindo. Menurutnya, dalam berbagai media, baik cetak maupun elektronik disebutkan bahwa para korban lumpur Lapindo sudah ditangani dengan baik. “Informasi yang bersumber dari media cetak dan visual yang menyatakan bahwa pengungsi sudah ditangani dengan baik dan mendapat ganti rugi yang layak adalah informasi yang salah. Karena kenyataannya mereka belum mendapatkan haknya seperti yang diberitakan media tersebut,” ujarnya. Masih menurut Paring, media-media mainstream tersebut sangat bias pada kepentingan perusahaan yang terlibat kasus lumpur dan pemerintah. Oleh sebab itu ia berharap adanya radio komunitas ini dapat membantu para korban untuk mengutarakan sendiri kondisi mereka. “Kami harapkan radio komunitas ini menjadi momentum bagi persatuan dan konsolidasi pengungsi korban lumpur Lapindo. Para pengungsi ingin mengutarakan sendiri kondisi yang mereka alami sebenarnya,” katanya. Sekilas tentang KBR 68H KBR 68H berkantor di sebelah Galeri Lontar dan Teater Utan Kayu (TUK). Kantor berita radio ini telah membangun beberapa radio komunitas untuk situasi darurat akibat bencana alam atau karena situasi-situasi darurat lainnya yang menyebabkan penduduk di sebuah kawasan membutuhkan informasi dengan cepat. Ketika gempa bumi menghantam Yogyakarta, KBR 68H membangun delapan stasiun radio komunitas, demikian juga ketika bencana alam menimpa kawasan-kawasan lain, di Pangandaran dibangun dua stasiun radio, Pulau Seribu satu stasiun radio, dan di Bengkulu saat ini telah dibangun satu stasiun radio komunitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *