Isu Bumi
  • image01
  • image02
  • image03

Kearifan Lokal Masyarakat: Sumber Daya Utuh sebagai Satu Kesatuan

Ani Purwati – 10 Dec 2010

Masyarakat di Indonesia sebagian besar telah memiliki kearifan lokal dalam menjaga sumber daya alamnya. Mereka melihat sumber daya alam secara utuh dan saling berkaitan. Bahkan masyarakat menilai binatang sebuas harimau merupakan sahabat yang turut serta menjaga alam.

Hal ini nampak dari kesenian tradisonal Berokan dari daerah Indramayu, Jawa Barat yang tampil saat Festival Seni Tradisi Indonesia 2010 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (7/12). Menurut cerita, seni Berokan, sebuah tarian yang memperagakan topeng mirip harimau ini dimaksudkan sebagai cara untuk menyembunyikan kekayaan alam Indramayu.

Pada dasarnya Berokan merupakan seni ukir berupa topeng besar berwujud wajah tokoh-tokoh legendaries, raut wajah dibentuk karikaturistik untuk memperoleh citra yang berkesan. Para leluhur Indramayu membuat topeng mirip macan (harimau) yang dibuat cukup menakutkan dan menyeramkan. Badannya terbuat dari karung goni dan punggungnya terbuat dari kulit kerbau.

Cara memainkannya dengan tangan, untuk membuka dan menutup mulut topeng harimau tersebut. Seperti halnya harimau, pemain seni Berokan juga datang atau kemunculannya tiba-tiba, biasanya muncul dari balik pohon-pohon besar atau dari semak belukar. Diharapkan orang luar menjadi takut dan segera kembali pulang, mengurungkan niatnya untuk mengambil kekayaan alam Indramayu.

Dari cerita seni ini nampak bahwa harimau sebagai satwa langka yang menakutkan berfungsi juga untuk menjaga kekayaan alam. Ini berarti bahwa masyarakat harus menjaga satwa-satwa di alam sekitarnya sehingga satwa itu bisa melindungi kekayaan alam yang penting bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Namun pada kenyataannya kearifan lokal masyarakat itu sudah banyak yang tergerus jaman. Banyak dari mereka telah hilang. “Bahkan kesenian yang menunjukkan kearifan lokal itu sudah banyak yang tidak dikenal lagi,” kata Deddy Luthan sebagai Ketua Komite Tari di sela Festival Seni Tradisi Indonesia 2010 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (7/12).

Kearifan lokal masyarakat dalam menilai dan menghargai sumber daya alamnya juga nampak dari Tari Ikun Beta – Ro’a Mu’u dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian tradisional ini merupakan tari potong pisang hias dalam upacara adat perkawinan klan sikka Iwan Gete dari Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tarian ini biasanya berlangsung dalam upacara ritual adat perkawinan sebagai simbol persetujuan atau restu kedua keluarga besar mempelai pria dan wanita. Dalam proses ini, pihak keluarga wanita akan menanam pohon pisang di depan rumah dan menggantungkan sarung adat.

Dalam ritual ini, masyarakat menilai bahwa pohon pisang mempunyai hikmah alam. Walau dipotong berkali-kali tetap tumbuh sampai harus memiliki buah dulu baru mati. Di sini masyarakat lokal percaya bahwa hikmah ini bisa merasuk ke dalam diri kedua pasangan agar mereka bisa memberi makna pada lingkungan sekitar dan memiliki keturunan.

Festival Seni Tradisi Indonesia 2010 diselenggarakan berdasarkan pemikiran bahwa ada persoalan mendasar mengingat kehidupan seni tradisi dianggap sebagai bentuk yang tidak atraktif, tidak menarik dan dianggap ketinggalan jaman. Sehingga masyarakat tidak mengenal lagi dan tidak akrab dengan perbendaraan keseniannya sendiri. Segala sesuatu yang datang dari luar dianggap baru dan merupakan pertanda kemajuan serta modern dan dianggap lebih terhormat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *